Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengungkap temuan arkeologis penting yang menandai masuknya Islam ke Indonesia sejak abad ke-7 Masehi. Hal tersebut disampaikan saat membuka Pameran “Misykat: Cahaya Peradaban Islam” di Museum Nasional Indonesia, Kamis, 17 April.

Menurut Menteri Kebudayaan Fadli Zon, penemuan koin Arab dari situs Bongal di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, menjadi bukti bahwa Islam telah hadir di Nusantara sejak tahun 79 Hijriah atau abad ke-7 Masehi. Temuan ini memperkuat fakta bahwa Islam masuk ke Indonesia bukan melalui penaklukan, melainkan lewat jalur perdagangan dan pertukaran budaya.

“Temuan ini menunjukkan bahwa Islam masuk secara damai dan alami. Ini menegaskan posisi Indonesia sebagai titik awal peradaban Islam di Asia Tenggara,” ujar Fadli dalam pidatonya.

Pameran Misykat menampilkan lebih dari 300 artefak bersejarah, mulai dari manuskrip Al-Qur’an kuno, batu nisan dengan inskripsi Arab, artefak arkeologis dari Sumatera Barat, hingga seni rupa Islam kontemporer. Fadli menyebut pameran ini bukan sekadar pertunjukan benda sejarah, tetapi juga narasi peradaban dan harmoni antara Islam dan budaya lokal yang terbangun selama berabad-abad.

Menetri Kebudayaan Fadli Zon menyaksikan berbagai artefak dan peninggalan sejarah menjadi saksi masuknya Islam ke Nusantara melalui jalan damai. (IST)
Menetri Kebudayaan Fadli Zon menyaksikan berbagai artefak dan peninggalan sejarah menjadi saksi masuknya Islam ke Nusantara melalui jalan damai. (IST)

“Islam di Indonesia telah menyatu dengan tradisi lokal, membentuk wajah yang moderat, toleran, dan terbuka. Ini kekuatan kita,” tegas Fadli.

Salah satu sorotan utama adalah situs Bongal yang terletak di pantai barat Sumatera—wilayah strategis jalur perdagangan internasional pada masa lampau. Selain koin Arab, juga ditemukan artefak dari Bizantium dan masa Kristen awal, menunjukkan intensitas pertukaran budaya di kawasan tersebut sejak lama.

Dalam kesempatan yang sama, Fadli Zon juga meluncurkan katalog dokumentasi batu nisan Islam kuno dari Aceh. Katalog ini mencakup 957 epigraf dari 380 situs makam, dan menjadi sumber penting dalam riset sejarah Islam di wilayah barat Nusantara.

“Ini langkah penting dalam pelestarian warisan budaya Islam. Kami berharap riset dan dokumentasi ini membuka jalan bagi akademisi dan arkeolog menggali sejarah Islam secara lebih mendalam,” ungkapnya.

Sebagai bagian dari komitmen kebudayaan nasional, Fadli juga mengumumkan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah Forum Kultural Dunia 2025 di Bali pada September mendatang. Forum ini akan mengusung tema “Kultur untuk Masa Depan”, membahas isu pelestarian budaya, inovasi, dan tantangan global dalam dunia kebudayaan.

“Forum ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat kebudayaan dunia sekaligus simpul penting dalam diplomasi kebudayaan global,” jelasnya.

Pameran Misykat menjadi momentum penting untuk membangun kesadaran publik atas akar sejarah Islam di Indonesia—sebuah warisan peradaban yang menekankan nilai toleransi, dialog, dan harmoni budaya.

“Semoga pameran ini menjadi tonggak untuk menegaskan peran Indonesia sebagai pusat peradaban Islam yang damai, berilmu, dan berbudaya,” tutup Fadli.

Juga hadir dalam acara pembukaan Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha dan anggota DPR Denny “Cagur”.