KRI Nanggala-402 Hilang, Ahli Jelaskan Kondisi Perairan Bali
DOK ANTARA/KRI NANGGALA-402

Bagikan:

DENPASAR - Kapal Selam KRI Nanggala-402 yang hilang di perairan Bali hingga saat ini belum ditemukan. Tim gabungan termasuk bantuan dari luar negeri masih berupaya mencari kapal selam dengan 53 orang awak itu.

Kelompok Ahli Kelautan dan Perikanan Gubernur Bali, I Ketut Sudiarta memaparkan kondisi laut di perairan utara Bali. Perairan di utara Bali disebut masuk dalam kategori palung laut.

"Kalau secara umum laut Utara Bali atau disebut sebagai laut Bali itu merupakan laut transisi. Antara, paparan sunda yang dangkal dengan paparan sahul yang dalam," kata Sudiarta saat dihubungi, Sabtu, 24 April.

Laut Utara Bali termasuk kategori palung laut yang disebut sebagai Palung Laut Bali-Flores. Bila mendekati selat Lombok, kedalaman laut disebut Sudiarta mencapai 1,3 km. 

Sedangkan di Celukan Bawang, Buleleng kedalamannya diperkirakan 700 meter. 

"Artinya semakin ke timur dia semakin dalam. Karena, termasuk palung laut," imbuhnya. 

Perairan Banyuwangi, Jatim hingga ke utara Singaraja, Buleleng, Bali memang sudah lama menjadi daerah latihan TNI AL. 

“Dan itu, memang sebagai tempat percobaan kapal selam," sebut Sudiarta.

Sedangkan kondisi arus laut di utara Bali termasuk arus global yang relatif kuat dan memutar. Arus kuat itu berkaitan dengan arus Pasifik dari selat Makassar menuju selat Lombok hingga ke Samudera Hindia. 

"Intinya di sana banyak arus termasuk arus balik. Karena adanya pengaruh arus global yang disebut dengan Alindo itu arus laut kepulauan Indonesia," jelasnya. 

KRI Nanggala-402 dilaporkan hilang kontak Rabu, 21 April di perairan Bali bagian utara. Kapal bertipe 209/1300 buatan Jerman Barat hilang kontak kurang lebih 60 Mil di Utara perairan Bali. 

"Pada pukul  03.46 WIT KRI Nanggala melaksanakan penyelaman. Kemudian pada pukul 04.00 WIT melaksanakan penggenangan peluncur torpedo nomor 8. Jadi bukan rudal," kata Kapuspen TNI Mayjen Achmad Riad  di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai, Bali, Kamis, 22 April.

Saat meluncurkan torpedo nomor 8,  komunikasi terakhir terjadi.  Saat itu sekitar pukul 04.25, Komandan Gugus Tugas Latihan akan memberikan otorisasi penembakan torpedo. 

"Di situlah komunikasi dengan KRI Nanggala terputus," terang Kapuspen.