Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah belum berhasil menemukan Kapal Selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak sejak Rabu, 21 April. Padahal cadangan oksigen di kapal selam diperkirakan bisa bertahan selama 72 jam atau tiga hari sejak menyelam. Artinya, cadangan oksigen di kapal selam hanya bertahan hingga hari ini. 

Senator DPD Sultan Bachtiar Najamudin meminta semua pihak mendoakan pencarian kapal selam yang memuat 53 awak tersebut. "Pada saat yang kritis seperti sekarang, kita berharap semua pihak berempati dan menahan diri untuk tidak saling menyalahkan atas apa yang terjadi," ujar Sultan, Sabtu, 24 April. 

Menurutnya, baik eksekutif dan legislatif memiliki kewajiban dalam menjalankan fungsinya akan mengawal pengawasan terhadap evaluasi alutsista. Sehingga dapat menjamin keselamatan pasukan selama bertugas maupun sedang melaksanakan latihan.

"Hanya saja kita sedang berkejaran dengan waktu. Sebab jika memang tidak terjadi kerusakan yang parah terhadap Nanggala-402, maka masih ada kesempatan pada hari ini dan beberapa hari kedepan untuk mengevakuasi selamat para awak dan kru. Jadi semua potensi baik dukungan peralatan dari dalam dan luar negeri harus segera dikerahkan", tegasnya.

Diketahui, kapal dari sejumlah negara sahabat juga telah memberikan bantuan untuk pencarian KRI Nanggala-402. Antara lain kapal bantuan MV Swift Rescue (Singapura), MV Mega Bhakti (Malaysia), HMAS Ballarat dan HMAS Sirius (Australia) serta SCI Sabarmati (India). 

"Termasuk tim dari Poseidon dari Amerika Serikat yang akan bertindak sebagai operator mudah-mudahan bisa beroperasi hari ini dalam melakukan proses pencarian", tandasnya.

Apreasiasi Bantuan dari Negara Lain

Sultan juga mengapresiasi negara-negara lain yang telah merespon memberikan bantuan untuk membantu pemerintah Indonesia dalam melakukan proses pencarian. 

Dimana distres atau permintaan bantuan pencarian Kapal Selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak di perairan Bali telah sesuai ketentuan yang berlaku di International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (ISMERLO). Yaitu bahwa pemerintah Republik Indonesia bisa menerima bantuan dari negara-negara tetangga terkait penyelamatan kapal yang hilang kontak.

"Saya meminta doa dari seluruh rakyat Indonesia, mudah-mudahan hari ini kita semua mendapatkan kabar baik", tutup Sultan. 

Kedepan, Sultan menilai musibah ini harus menjadi evaluasi pemerintah melalui TNI untuk terhadap sistem alutsista yang dimiliki. "Bukan hanya saat terjadi kecelakaan saja, audit terhadap sistem dan fungsi alutsista memang seharusnya menjadi kebutuhan berkala agar mengetahui tingkat kelayakan penggunaannya," kata senator Bengkulu itu.