JAKARTA - Kremlin mengatakan penolakan Prancis untuk memberikan visa kepada dua jurnalis media Rusia Izvestia merupakan diskriminasi.
Dilansir Reuters, Jumat, 7 Februari, kantor berita negara RIA mengatakan pasangan tersebut ditolak visanya untuk mengunjungi Prancis untuk meliput peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua tahun ini.
Sebelumnya, usia pada Kamis mengatakan pihaknya menolak memperpanjang akreditasi koresponden Le Monde di Moskow, Benjamin Quénelle, setelah Prancis menolak memberikan visa kepada jurnalis dari surat kabar Rusia lainnya, Komsomolskaya Pravda.
Prancis pun mengutuk keputusan Rusia yang mencabut akreditasi jurnalis Le Monde.
Le Monde, salah satu surat kabar paling berpengaruh di Prancis, mengkritik apa yang disebutnya sebagai "pengusiran rahasia jurnalis kami".
“Untuk pertama kalinya sejak 1957, Le Monde dilarang memiliki koresponden yang berbasis di Moskow,” tulis Jérôme Fenoglio, direkturnya, dalam artikel di surat kabar tersebut.
Kementerian Luar Negeri Prancis meminta Rusia untuk membatalkan keputusannya.
Le Monde mengatakan pelaporan yang dapat diandalkan dari Rusia menjadi lebih penting dari sebelumnya dan Prancis percaya bahwa Rusia yang ditolak visanya oleh Paris sebenarnya bekerja untuk intelijen Rusia.
Para diplomat dan jurnalis mengatakan Rusia kini menjadi lingkungan yang lebih sulit bagi mereka untuk bekerja dibandingkan masa-masa sebelumnya, setidaknya sejak era Nikita Khrushchev, yang menggantikan Josef Stalin pada tahun 1953 dan memerintah Uni Soviet hingga tahun 1964.