Bagikan:

JAKARTA - Badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA) memperingatkan pada Hari Selasa, kondisi di kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat yang diduduki memburuk drastis, menggambarkan penduduknya sebagai "telah menanggung hal yang mustahil."

Militer Israel melancarkan serangan besar-besaran di Tepi Barat pada tanggal 21 Januari, dua hari setelah kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza berlaku, ditujukan untuk membasmi kelompok perlawanan Palestina dari wilayah Jenin.

Operasi tersebut menyebabkan pasukan menghancurkan bangunan-bangunan di kamp pengungsi yang berdekatan dengan Jenin.

"Kamp tersebut menuju arah bencana," kata juru bicara UNRWA Juliette Touma kepada wartawan di Jenewa, melansir Daily Sabah 4 Februari.

"Sebagian besar kamp hancur total akibat serangkaian ledakan yang dilakukan oleh pasukan Israel. Diperkirakan 100 rumah hancur atau rusak berat," katanya, berbicara dari Amman, Yordania.

Militer Israel meledakkan gedung-gedung di kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat yang diduduki pada Hari Minggu dalam operasi yang menurut kantor berita negara Palestina telah menghancurkan sekitar 20 gedung.

Militer Israel mengatakan 23 bangunan telah "dibongkar" di Tepi Barat utara setelah laboratorium bahan peledak, senjata dan pos pengamatan berhasil ditemukan, dikutip dari Reuters.

Pada Hari Senin, otoritas Palestina mengemukakan tuduhan "pembersihan etnis", sementara pelapor khusus PBB menyalahkan Israel atas 'niat genosida', usai serangan Israel di kawasan tersebut menewaskan sedikitnya 70 orang sejak awal tahun.

"Penduduk kamp ini telah mengalami hal yang mustahil," kata Touma.

"Ledakan yang terjadi pada Hari Minggu itu terjadi saat anak-anak seharusnya kembali ke sekolah," ungkapnya.

Jenin merupakan rumah bagi kamp pengungsi yang penuh sesak dihuni oleh keturunan warga Palestina yang diusir atau melarikan diri dari rumah mereka dalam perang tahun 1948 ketika negara Israel didirikan.

Kamp pengungsi di sana telah menjadi pusat aktivitas militan selama beberapa dekade, menjadi sasaran serangan berulang kali oleh pasukan keamanan Israel.

Pasukan Israel, melakukan serangan terhadap Jenin dengan dukungan helikopter dan buldoser lapis baja.

Touma mengatakan, layanan UNRWA di kamp Jenin telah terputus selama beberapa bulan dan berhenti total pada awal Desember.

UNRWA mengatakan tidak menerima peringatan sebelumnya tentang ledakan tersebut, karena kontak antara staf dan otoritas Israel tidak lagi diizinkan.

"Berkaitan dengan UNRWA, 13 sekolah di kamp dan daerah sekitarnya masih ditutup. Hal itu memengaruhi 5.000 anak di daerah itu."

Israel menuduh UNRWA memberikan perlindungan bagi anggota Hamas. Israel menuduh sekitar selusin staf UNRWA mengambil bagian dalam serangan mematikan pada 7 Oktober 2023 di Israel oleh militan Palestina Hamas yang memicu perang di Gaza.

PBB mengatakan sembilan staf UNRWA mungkin terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023 dan telah dipecat. Seorang komandan Hamas di Lebanon - yang dibunuh pada Bulan September oleh Israel - juga ditemukan memiliki pekerjaan di UNRWA. PBB telah berjanji untuk menyelidiki semua tuduhan yang dibuat dan berulang kali meminta bukti kepada Israel, yang menurutnya belum diberikan.

Buntut dari hal tersebut, Parlemen Israel (Knesset) pada 28 Oktober 2024 mengadopsi undang-undang melarang UNRWA beroperasi di wilayah Israel dan mencegah badan tersebut melakukan kontak apa pun dengan otoritas Israel. Itu mulai berlaku pada 30 Januari lalu.