JAKARTA - Sejumlah besar orang berbondong-bondong pergi ke tempat-tempat wisata populer dan kota-kota besar di seluruh China selama liburan akhir pekan. Tempat-tempat wisata tersebut langsung dipadati wisatawan, sekali pun masih ada peringatan dari otoritas kesehatan bahwa pandemi COVID-19 belum selesai.
Mengutip CNN, tempat wisata seperti Gunung Huangshan di Provinsi Anhui pada Sabtu 4 April dipadati oleh ribuan orang. Di antara wisatawan banyak juga yang mengenakan masker untuk bisa merasakan udara segar musim liburan. Apalagi banyak dari mereka telah menjalani masa isolasi mandiri sejak aturan lockdown diberlakukan pemerintah China.
Alhasil tempat wisata Gunung Huangshan dipadati orang-orang hingga berdesak-desakan. Pihak berwenang juga telah mengambil langkah pencegahan, untuk tidak menerima lagi kunjungan wisatawan. Pasalnya jumlah pengunjung yang datang mencapai 20.000 orang.
BACA JUGA:
Sementara itu di Shanghai, kawasan tepi Laut Bund kembali dipenuhi oleh turis setelah berminggu-minggu tempat tersebut sepi tanpa kehidupan. Banyak restoran yang mulai buka melihat peluang dari pengunjung yang mulai berdatangan.
Kehidupan di China kembali normal setelah lebih dari tiga bulan virus pertama kali terdeteksi di Wuhan. Wabah itu, yang telah menyebar ke seluruh dunia dan menginfeksi lebih dari satu juta orang, sempat membuat sebagian besar area di China menghentikan aktivitasnya dalam upaya menahan penularan.
Sekitar Februari dan Maret, ribuan kasus baru dicatat di China setiap hari. Namun, dalam beberapa minggu terakhir tingkat infeksi telah melambat secara signifikan. Pada Senin 6 April, China melaporkan terdapat 39 kasus baru, yang mana sebagian besar adalah imported case. Hingga saat ini, China telah mencatat 82.641 kasus COVID-19 terkonfirmasi dan 3.335 kematian.
Sementara Pemerintah China perlahan-lahan melonggarkan pembatasan kegiatan, para ahli kesehatan China mendesak masyarakat untuk terus berlatih hati-hati. Zeng Guang, kepala ahli epidemiologi dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, mengatakan bahwa China belum berada di akhir epidemi.
"China belum mendekati akhir, tetapi telah memasuki tahap baru. Dengan epidemi global yang berkobar, China belum mencapai akhir," kata Zen Guang.
This tourist site in China was swamped with thousands of visitors after lockdown measures were lifted. pic.twitter.com/Zfg4HuLcfQ
— SCMP News (@SCMPNews) April 7, 2020
Masih Terlalu Dini
Dengan jumlah kasus baru COVID-19 di China yang dilaporkan turun, pemerintah secara tentatif memulai upaya untuk kembali menggerakkan industri manufaktur dan jasa. Apalagi pandemi corona telah mempengaruhi setiap sektor ekonomi di China.
Hal ini pula yang dikhawatirkan dapat menyebabkan krisis kebangkrutan jangka panjang. Namun, dalam beberapa minggu terakhir, ada tanda-tanda bahwa pemerintah khawatir bahwa mereka sebenarnya terlalu cepat untuk kembali ke ativitas normal dan memicu gelombang kedua COVID-19 di Negeri Tirai Bambu.
Rencana untuk membuka kembali bioskop dibatalkan pada akhir Maret, kurang dari dua minggu setelah mereka diminta untuk memulai kembali. Sementara banyak tempat wisata di Shanghai buka hanya 10 hari sebelum ditutup kembali pada 31 Maret.
Setelah foto-foto di Gunung Huangshan yang padat muncul di media sosial, People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis yang berkuasa, mengeluarkan teguran keras lewat media sosial yang memperingatkan turis untuk jangan berkumpul.
Dalam sebuah komentar yang diterbitkan di situs web surat kabar tersebut, seorang penulis mengatakan banyak orang yang sangat ingin keluar setelah dikarantina berbulan-bulan. Namun demikian, sekarang bukan saatnya untuk berhenti berwaspada.
"Jika ada seseorang asimtomatik yang hadir selama perkumpulan besar-besaran, konsekuensinya akan parah," kata artikel itu. Sejak saat itu, pihak Huangshan akhirnya mengumumkan akan berhenti menerima turis.