Bagikan:

LUMAJANG - Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) erupsi dengan visual letusan tidak teramati karena tertutup kabut pada Selasa malam.

"Terjadi erupsi Gunung Semeru pada Selasa, 31 Desember 2024, pukul 20.24 WIB. Visual letusan tidak teramati. Saat laporan itu dibuat, erupsi masih berlangsung," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Liswanto dilansir ANTARA, Selasa, 31 Desember.

Berdasarkan catatan petugas, Gunung Semeru telah erupsi sebanyak 12 kali dengan erupsi pertama terjadi pada pukul 00.58 WIB, kemudian disusul erupsi berikutnya pukul 03.02 WIB dan 04.34 WIB. Ketiga erupsi tersebut visual letusannya teramati dengan jelas dengan tinggi kolom letusan 800 meter hingga 900 meter di atas puncak.

Sedangkan sembilan kali erupsi lainnya tidak teramati secara visual , namun erupsi tersebut terekam dalam seismograf dengan amplitudo sekitar 20 mm dan durasi waktu selama erupsi juga tercatat dengan baik.

Ia menjelaskan, Gunung Semeru masih berstatus waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).

Kemudian di luar jarak tersebut, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.

"Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar," katanya.

Selain itu, masyarakat perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.