JAKARTA - Salah satu warga Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat mengungkap keributan yang terjadi di lahan kosong diduga karena dendam, lantaran proyek penggarapan lahan tersebut tidak melibatkan warga sekitar.
"Lahan ini sudah puluhan tahun kosong, dulu sih aman-aman saja ketika masih dipegang (penjaga lahan) warga sini, warga asli Tanah Abang, tidak ada keributan. Tetapi setelah orang itu (penjaga lahan) meninggal, masuklah mereka (perantau)," kata salah satu sumber VOI, Jumat, 20 Desember.
Menurut informasi, ketika sudah berganti penjaga lahan, mulai terjadi bibit-bibit keributan dengan warga sekitar. Apalagi ketika masuk alat-alat berat untuk pembersihan lahan.
"Tiap malam juga truk proyek lahan itu yang mengangkut puing sering lewat sini. Warga sini tidak diakomodir, tidak dilibatkan, jadi merasa tidak dihargai sehingga terjadi puncaknya kemarin," ucapnya.
Pecahnya bentrokan warga Kebon Kacang dengan pekerja proyek lahan hingga berujung kematian pada Selasa malam, 17 Desember, terjadi secara spontan.
Sumber VOI juga menyebut, kelompok dari kubu penjaga lahan juga dalam jumlah yang banyak berada di dalam area lahan. Namun ketika keributan itu usai, kelompok penjaga lahan kabur.
Sementara korban yang tewas merupakan mandor atau operator backo yang bekerja di lokasi kejadian.
"Korban baru bangun tidur langsung dibacok. Infonya sih kakinya putus. Kalau kelompok yang ribut sudah kabur," ucapnya.
Sebelum puncak keributan itu pecah, warga menilai para kelompok penjaga lahan tersebut sangat arogan terhadap warga yang berada di sekitar lokasi.
"Tidak ada sopan santunnya mereka, sama warga sekitar," sesalnya.
Saat ini, tembok pagar dan gerbang akses masuk utama ke lahan proyek yang berwarna biru di Jalan Kebon Kacang 29, Tanah Abang, masih terpasang garis polisi.
Garis polisi dipasang sepanjang sekitar 30 meter di pagar area depan lahan. Berdasarkan pantauan VOI di lokasi kejadian, kondisi masih terlihat sepi tidak ada aktivitas apapun.