Bagikan:

SURABAYA - Tokoh sekaligus Wakil Katib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Sholeh Hayat (74), meninggal dunia di Bangil, Pasuruan, pada Jumat, 20 Desember 2024 sekitar pukul 04.45 WIB.

“Duka mendalam atas kepulangan beliau ke hadirat Allah SWT. Semoga khidmah beliau di Jam'iyah NU dibalas dengan selimut rahmat dan maghfirah Allah SWT. Lahu-l Fatihah,” ungkap Wakil Sekjen PBNU H Nur Hidayat dikutip ANTARA.

Nur Hidayat yang juga kader IPNU Jatim itu mengenang sosok almarhum sebagai panutan dan mengatakan kehilangan besar atas berpulangnya KH Sholeh Hayat, yang pernah menjabat Ketua PW IPNU Jatim pada periode 1979-1982.

“InsyaAllah, Allah memberi rahmat dan maghfirah kepada almarhum. Semoga keluarga yang ditinggalkan ikhlas dan tabah,” tambahnya.

Rencananya, jenazah almarhum akan dimakamkan di Segok, Bangil, Pasuruan, setelah dishalatkan di Masjid Jamik Bangil usai Sholat Jumat. Jenazah diberangkatkan dari rumah duka di Jl Diponegoro Gg V No 165, Bangil, Pasuruan, pada pukul 10.30 WIB.

Almarhum dikenal sebagai “Database NU” karena banyak mengoleksi arsip ke-NU-an di rumah duka di Bangil, bahkan disebut sebagai “The Living NU Library” dan “The Living NU Archive.” Pesan terakhir yang disampaikan oleh KH Sholeh Hayat kepada rekan-rekan IPNU Jatim adalah pentingnya memahami sejarah kelahiran NU dan peran ulama di Waru, MBO.

Biodata PWNU Jatim mencatat bahwa KH Sholeh Hayat lahir di Gresik pada 30 September 1949 dan menempuh pendidikan pesantren di Pondok Pesantren Kebundalem, Surabaya. Almarhum juga menempuh pendidikan formal di IAIN Sunan Ampel Surabaya dan Universitas Sunan Giri Surabaya (Fakultas Hukum, 2004).

Pengalaman kepengurusan NU almarhum sangat luas, termasuk sebagai Ketua Ranting IPNU Kebundalem (1967), Ketua IPNU Jatim (1979-1982), dan berbagai jabatan penting lainnya di PWNU Jatim. Selain itu, KH Sholeh Hayat juga aktif dalam pengkaderan NU, termasuk Pendidikan Kader IPNU Tingkat Nasional di Lampung (1969).

Sebagai seorang aktivis, KH Sholeh Hayat tidak hanya berkontribusi dalam NU, namun juga menulis buku. Salah satunya berjudul *"Kyai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan"* yang diterbitkan pada 2016, membahas peran kiai dan santri dalam perlawanan terhadap penjajahan di Indonesia.