JAKARTA - Serangan Israel terhadap kota Sidon di Lebanon selatan menewaskan tiga warga Lebanon dan melukai tiga tentara Lebanon dan empat personel Malaysia yang tergabung pasukan UNIFIL.
Serangan itu menargetkan mobil ketika melewati pos pemeriksaan, yang menyebabkan terbunuhnya tiga warga Lebanon yang berada di dalamnya, kata militer Lebanon dilansir Reuters, Kamis, 7 November.
Tentara yang terluka sedang bertugas di pos pemeriksaan, sementara personel UNIFIL yang terkena serangan berada di dalam kendaraan pasukan penjaga perdamaian PBB yang sedang melewati pos pemeriksaan pada saat itu.
Sebelumnya, Hizbullah menyambut baik upaya apa pun untuk menghentikan perang di Lebanon tetapi tidak menggantungkan harapannya terhadap gencatan senjata pada pemerintahan Amerika Serikat (AS).
“Mungkin ada perubahan pada partai yang berkuasa, tapi jika menyangkut Israel, kebijakan mereka kurang lebih sama,” kata anggota parlemen Hizbullah Ibrahim al-Moussawi ketika ditanya tentang kemenangan Donald Trump dalam pemilu dilansir Reuters, Kamis, 7 November.
“Kami ingin melihat tindakan, kami ingin melihat keputusan diambil,” katanya.
Israel dan Hizbullah yang didukung Iran saling baku tembak selama lebih dari setahun, bersamaan dengan perang Gaza, namun pertempuran telah meningkat sejak akhir September, dengan pasukan Israel mengintensifkan pemboman di selatan dan timur Lebanon dan melakukan serangan darat ke desa-desa perbatasan.
BACA JUGA:
Israel mengatakan mereka menargetkan infrastruktur dan aset militer Hizbullah, sambil menghindari warga sipil.
Para pejabat Hizbullah dan Lebanon menunjuk pada meningkatnya jumlah korban tewas, lebih dari 3.000 orang tewas, dan kehancuran yang meluas di negara tersebut sebagai bukti bahwa Israel menargetkan warga
Upaya diplomatik AS untuk menghentikan pertempuran antara Israel dan Hizbullah, yang mencakup proposal gencatan senjata selama 60 hari, terhenti pekan lalu menjelang pemilu AS pada hari Selasa di mana mantan Presiden Donald Trump merebut kembali Gedung Putih.
Moussawi mengakui banyaknya korban jiwa dalam serangan Israel yang menghancurkan ribuan bangunan, sebagian besar di wilayah selatan dan timur Lebanon yang didominasi Muslim Syiah dan pinggiran selatan Beirut.
“Hati kami hancur, kami kehilangan nyawa yang sangat berharga. Perasaan bahwa (Israel) tidak dapat dihukum atau diadili secara internasional adalah hasil dari dukungan AS yang membuat mereka kebal terhadap akuntabilitas,” katanya.
“Amerika adalah mitra penuh dalam apa yang terjadi karena mereka dapat memberikan pengaruh untuk menghentikan kehancuran ini,” sambungnya.