Bagikan:

SLEMAN - Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya. Pada periode pengamatan yang berlangsung pada Jumat 11 Oktober, pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat peningkatan aktivitas guguran lava.

Tercatat 31 kali gempa guguran dengan amplitudo antara 3-20 mm dan durasi 56,8-185,6 detik. Dari total aktivitas guguran, 25 kali guguran lava teramati mengarah ke barat daya.

"Teramati 25 kali guguran lava ke arah barat daya (Kali Bebeng) dengan jarak luncur maksimum 1.800 meter," ungkap Kepala BPPTKG Agus Budi Santosa dalam keterangannya pada Jumat 11 Oktober.

Secara visual, kondisi cuaca terpantau cerah dengan angin tenang yang bertiup ke arah barat. Asap kawah bertekanan lemah berwarna putih terlihat dengan intensitas sedang, mencapai ketinggian 100 meter di atas puncak kawah. Selain itu, tercatat satu kali gempa hybrid/fase banyak dengan amplitudo 3 mm, durasi 6,56 detik, dan S-P 0,4 detik.

Saat ini, Merapi berada pada status siaga (level III), yang menunjukkan potensi bahaya signifikan. Guguran lava dan awan panas masih berpotensi terjadi, terutama di sektor selatan-barat daya yang mencakup Sungai Boyong dengan jarak maksimal 5 kilometer, serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng hingga sejauh 7 kilometer.

Di sektor tenggara, Sungai Woro dan Gendol juga berpotensi terdampak hingga 3 kilometer dan 5 kilometer dari puncak.

Masyarakat di sekitar Gunung Merapi diimbau untuk tidak beraktivitas di zona potensi bahaya dan tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya lahar dan awan panas, terutama saat hujan.

Selain itu, abu vulkanik dari erupsi Merapi dapat menyebabkan gangguan di wilayah sekitarnya.

Hingga saat ini, suplai magma di tubuh Gunung Merapi masih terus berlangsung. Jika terjadi peningkatan signifikan dalam aktivitas vulkanik, BPPTKG akan segera melakukan evaluasi ulang terhadap status aktivitas gunung tersebut.