Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, proyek yang tengah dikerjakan perusahaan pelat merah akan tetap berjalan meski Indonesia dilanda virus corona atau COVID-19.

Namun Erick menegaskan, bahwa pihaknya sedang mengkaji proyek mana saja yang akan terus dilanjutkan dan mana saja yang harus ditunda di tengah kondisi pandemi ini.

"Tentu memang BUMN sedang mengadakan review dengan keadaan seperti ini, cashflow dari pada BUMN seperti apa. Proyek mana yang harus didahulukan, dan proyek mana yang harus ditunda, tetapi tidak mungkin kami tunda semua," ujarnya, dalam video conference bersama wartawan, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin, 30 Maret.

Erick menegaskan, proyek yang tetap akan dilanjutkan dalam kondisi pandemi COVID-19 yakni proyek yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Salah satunya, proyek pembangkit listrik 35.000 Mega Watt.

"Kita tahu banyak proyek-proyek strategis di BUMN apakah yang namanya pembangunan kilang refinery, kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), apakah juga pebagunan destinasi wisata, Lombok, Bali dan lainnya harus tetap berjalan," jelasnya.

Menurut Erick, pihaknya tidak akan menunda proyek yang memang tidak perlu ditunda. Apalagi, yang ditargetkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus jalan terus, termasuk kereta cepat.

"Jalan terus. Tapi karena kondisi ini ada tenaga kerja yang tidak bisa masuk, ya ada delay. Masyarakat Indonesia ini kan banyak ratusan juta, jadi suka atau tidak suka transportasi publik akan tetap diutamakan," tutunya.

Meski begitu, kata Erick, pihaknya akan fokus pada proyek-proyek yang sedang ditangani PLN dan pertamina. "Yang di 35.000 Mega Watt yang sudah ada di pipeline, ada PLN dan ada swasta yang bangun. Ada kelebihan dari Jawa itu, kepala BKPM sudah mapping kebutuhan yang ada di industri estate, maka ada sinergi antara industri dengan PLN yang sedang di-mapping," jelasnya.

"Di Jatim Freeport perlu power plant untuk shelter-nya, nah ini pintunya ada di BKPM. Hal ini juga kenapa saya fokus kepada PLN dan Pertamina dan nanti akan di-mapping," sambungnya.

Namun, Erick mengatakan, untuk realisasi proyek yang tetap dilanjukan akan pihaknya sampaikan setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani. Sebab, ada PNM dan ada modal sendiri.

"Sedang mapping dulu, tapi tidak mungkin kalau tidak ada koordinasi antar kementerian, karena program yang penting sekarang adalah stimulus untuk ekonomi," jelasnya.

Di samping itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, mengenai investasi BUMN, pihaknya akan membagi tugas. Sementara untuk proyek strategis seperti kilang minyak dan PLN izinnya akan dibantu penuh.

"Katakanlah di Tuban, itu tanahnya sudah hampir seleasi, ijin hampir selesai. Termasuk Pertamina di Jawa Barat, RT/RW sudah kami handle dan telah masuk ke Menteri ATR. Jadi yang prioritas itu tetap kami kerjakan bersama," ucap Bahlil.

Kemudian, lanjut Bahlil, untuk proyek PLN 35.000 Mega Watt sebagian yang sudah jalan dan akan tetap berjalan. Namun, perlu diketahui terjadi surplus di Jawa.

"Jadi di Jawa tidak ada lagi kita memberikan izin kepada perusahaan lain selain PLN untuk membangun power plant," jelasnya.

Terkait dengan realisasi investasi, kata Bahlil, triwulan I akan diumumkan pada akhir bulan April. Bahlil mengaku, optimis sekalipun virus COVID-19 menimpa dunia dan Indonesia, tetap akan ada pertumbuhan investasi.

"Saya selalu katakan akan terjadi pertumbuhan dibandingkan realisasi di 2019. Kita harus membangun kerja sama dan optimisme, pelaku usaha, kita harus kompak," tuturnya.