Bagikan:

JAKARTA - Teruntuk kalian, yang sedang membaca tulisan ini dan sudah punya niatan mudik ke kampung halaman. Tolong, pendam rasa itu meski rencana pulang kampung sudah disusun sejak lama.

Bukan tidak paham dengan perasaan itu. Tapi ada persoalan yang jauh lebih penting dari sekadar kerinduan mencium bau tanah di tempat kelahiran atau bertemu saudara di kampung.

Bukan cuma bumi pertiwi. Bumi yang kita injak saat ini, sedang berperang melawan musuh yang kasat mata. Sebuah virus mematikan dengan tingkat penyebaran gila-gilaan yang disebut Covid-19.

Penyebaran Covid-19 memang makin menggila. Angka kenaikan kasus positif begitu jomplang dibanding pengidap yang sudah sembuh. Dan sialnya, sebentar lagi, negeri ini akan memasuki ritual mudik.

Mudik adalah pintu masuk sempurna bagi virus ini untuk berjelajah ke lokasi lain. Belum lagi karakteristik virus ini yang pemalu tapi mematikan. Orang yang positif terpapar, bisa saja tidak merasakan apa-apa. Dan di sinlah malapetaka itu dimulai.

Bayangkan, jika sebuah desa atau kampung yang awalnya bersih dari virus korona, kedatangan para pemudik. Sebut saja, salah satu dari mereka ada yang positif terpapar corona. Tapi karena daya tahan tubuhnya yang sedang prima, dia belum merasakan gejala.

Orang tersebut kemudian bercengkrama, melepas rindu dengan banyak orang. Dalam sekejap, tanpa disadari siapa pun, Covid-19 sudah masuk ke dalam desa kalian. Kerinduan kalian akhirnya berubah jadi musibah skala nasional.

Hitungan di atas belum termasuk interaksi selama perjalanan. Berapa banyak orang yang ditemui. Terlebih lagi jika pemudik naik angkutan umum. 

Jawa Tengah sadar betul dengan ancaman itu. Puluhan ribu orang dari berbagai provinsi, punya kampung rata-rata di Wonogiri, Semarang, Cilacap, Jepara, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kudus, Magelang, Boyolali hingga Karanganyar.

Sebenarnya, Jawa Tengah bukannya kawasan yang belum terpapar Covid-19. Namun mereka memprediksi, kalau ritual mudik ini tetap dilakukan, kasus penderitanya bisa melonjak gila-gilaan.

"Jika panjengan sayang sama keluarga di kampung, jika panjenengan ingin keluarga semua sehat dan selamat, urungkan niat untuk pulang kampung. Tidak usah pulang kampung," kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo seperti ucapkan dalam video YouTube, Sabtu 28 Maret.

Jawa Tengah sudah punya contoh bagaimana sadisnya virus ini ketika dibawa oleh seseorang dari luar. Pasien positif pertama di Solo tertular Covid-19 ketika ada di Bogor. Dia pulang membawa virus dan menulari istri, keluarga dan teman-temannya.

Ganjar bukannya baru sekali ini melarang pemudik masuk ke Jawa Tengah. Namun imbauan yang sudah kesekian kali pun, tak dipatuhi banyak orang. Tercatat, hingga 26 Maret 2020, sudah ada 46 ribu lebih pemudik yang masuk Jateng.

"Semua pemudik, semua masuk Orang Dalam Pengawasan (ODP)," tegas Ganjar.

"Jalan terbaik adalah memutus penyebaran virus dari kota-kota ke desa," ucapnya.