Bagikan:

DHAKA - Komunikasi terus dilakukan Kementerian Luar Negeri dan KBRI Dhaka untuk memantau situasi dan memastikan keselamatan warga negara Indonesia (WNI) di Bangladesh. Hal ini dilakukan seiring demonstrasi besar-besaran yang terjadi di sana, sebagai protes atas penghapusan sistem kuota penerimaan pegawai negeri (PNS) di sana.

“Hingga saat ini, per 21 Juli 2024, para WNI dalam keadaan selamat,” kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu Judha Nugraha melalui pesan singkat pada Minggu, dilansir dari ANTARA.

Judha menyebut dari total 563 WNI di Bangladesh, mayoritas adalah ibu rumah tangga yang menikah dengan warga negara Bangladesh.

Selain memonitor keamanan para WNI, Kemlu dan KBRI juga disebutnya telah menyusun rencana kontingensi untuk mengantisipasi eskalasi lebih lanjut.

Pemerintah Bangladesh pada Sabtu, 21 Juli memberlakukan jam malam di seluruh negeri dan mengerahkan pasukan di tengah protes yang disertai kekerasan yang menyebabkan kematian sedikitnya 105 korban.

Jam malam diberlakukan pada Jumat malam dan akan tetap berlaku hingga Minggu pagi ketika pihak berwenang akan meninjau situasi di negara Asia Selatan tersebut.

Demi mencegah protes meluas, pemerintah Bangladesh pada Kamis, 18 Juli memutus layanan internet seluler dan konektivitas pita lebar (broadband), serta membatasi akses media sosial.

Aksi protes terhadap sistem kuota 56 persen dalam pekerjaan publik di negara Asia Selatan itu kian panas pekan ini, seiring dengan penutupan lembaga pendidikan di seluruh Bangladesh oleh pemerintah.

Namun, para mahasiswa menolak meninggalkan universitas.

Dalam sistem rekrutmen pegawai negeri Bangladesh, sekitar 30 dari 56 persen kuota penempatan PNS diperuntukkan bagi kalangan putra dan cucu para pejuang perang kemerdekaan Bangladesh pada 1971.