JAKARTA - PDI Perjuangan (PDIP) tak akan mengundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat kerja nasional (rakernas) yang bakal digelar di Beach City Internasional Ancol, Jakarta Utara pada 24-26 Mei. Jokowi diyakini sangat sibuk sehingga tak bisa hadir.
“Yang jelas presiden dan wakil presiden tidak diundang. Kenapa karena beliau sangat sibuk dan menyibukkan diri,” kata Steering Committee Rakernas PDIP yang juga Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat di kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 16 Mei.
Kegiatan ini ditegaskan Djarot hanya dikhususkan untuk internal partai seperti fungsionaris DPP PDIP, tiga pilar partai hingga DPD dan DPC, kepala daerah dari PDIP. Kemudian, anggota legislatif yang menjabat dan terpilih dalam Pileg 2024 juga akan hadir.
Selain itu, nantinya juga akan ada kejutan dalam kegiatan itu. “Tunggu saja termasuk juga yang akan diundang,” tegas Djarot.
Adapun rakernas digelar dengan tema ‘Satyam Eva Jayate: Kebenaran Pasti Menang’ dengan sub tema ‘Kekuatan Persatuan Rakyat, Jalan Kebenaran yang Berjaya’ yang dianggap cocok dengan kondisi saat ini. Selain itu, bakal ada simbol api perjuangan yang diambil dari api abadi di Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah.
Djarot menyebut api ini diambil dengan iringan kader partai dan melibat para atlet profesional. "Dengan menyalakan api perjuangan tersebut, PDI Perjuangan mengajak seluruh partai politik, penyelenggara pemilu dan pemerintah negara Ri untuk belajar dari dunia olah raga," katanya.
BACA JUGA:
"Dalam olahraga, ketaatan terhadap aturan main melalui wasit yang independen dan netral bersifat wajib. Olah raga mengajarkan budaya prestasi, bukan jalan pintas. Olah raga penuh dengan sportivitas, kejujuran, dan persaingan sehat atas dasar prestasi pun dikedepankan," sambung Djarot.
Dia juga berharap api perjuangan jadi penerang di tengah Indonesia mengalami kegelapan demokrasi.
"Semoga kegelapan demokrasi yang saat ini melanda Indonesia bisa diatasi dengan api perjuangan dari seluruh komponen bangsa, khususnya para pemuda dan mahasiswa, kelompok civil society, pers, seniman dan budayawan, para guru besar, para politisi berjiwa kenegarawanan. Persatuan seluruh kelompok pro demokrasi tersebut akan menjadi fajar demokrasi guna melawan berbagai bentuk nepotisme, kolusi, dan korupsi serta penggunaan alat-alat negara dan sumber daya negara bagi kepentingan politik kekuasaan yang cenderung anti demokrasi," pungkasnya.