Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyebut pemerintah membuka opsi untuk merelokasi rumah warga yang menjadi korban bencana banjir bandang di Sumatra Barat dan berada di dekat aliran sungai.

"Untuk relokasi kami sedang asesmen, kami sudah memberikan rekomendasi di tahap transisi rehabilitasi rekonstruksi apakah ada relokasi, kalau ada relokasi maka pemerintah daerah menyiapkan lahan dan pemerintah pusat yang akan bangun. Bila tidak direlokasi, maka kami akan siapkan opsi lain seperti perbaikan," ungkap Suharyanto dalam keterangannya, Rabu, 15 Mei.

Dalam penanganan pascabencana, BNPB akan melakukan perbaikan sejumlah fasilitas umum, rumah warga yang rusak serta memperhatikan kebutuhan pemulihan penyintas yang terdampak banjir lahar dingin dan tanah longsor tersebut.

Kemudian, rumah yang mengalami kerusakan akan diberikan bantuan stimulan rumah rusak dengan rincian nilai di antaranya 60 juta Rupiah untuk rusak berat, 30 juta Rupiah untuk rusak sedang, dan 15 juta Rupiah untuk rusak ringan.

Upaya-upaya yang dilakukan sebagai percepatan penanganan darurat yang dilakukan oleh pemerintah bersama para stakeholder terkait ini bertujuan agar masyarakat dapat kembali memulai kehidupan dan penghidupannya sesegara mungkin.

"Rata-rata status tanggap darurat ini kan 14 hari, ini waktu yang cukup panjang jadi kita ingin melaksanakan secepat mungkin dari darurat ke rehabilitasi karena 14 hari ini bagi masyarakat cukup lama," ungkap Suharyanto.

Sebagai salah satu upaya percepatan penanganan darurat bencana banjir bandang lahar dingin dan tanah longsor, BNPB bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan melaksanakan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC).

Operasi TMC digelar guna mendukung proses evakuasi dan perbaikan sarana dan prasarana yang ada. Sehingga penanganan darurat tidak terhambat oleh cuaca buruk yang masih berpotensi terjadi sesuai prakiraan oleh BMKG untuk wilayah Sumatra Barat.

"Kami tidak ingin dalam usaha pada tahap tanggap darurat ini terhambat lagi prosesnya karena adanya turun hujan dan cuaca buruk sehingga adanya bencana susulan, maka hari ini sudah bergerak pesawat untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca besok kita lanjutkan lagi di wilayah Sumatra Barat diharapkan seminggu ke depan tidak ada hujan," urai Suharyanto.

Adapun data mutakhir berdasarkan laporan Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BNPB hari ini per pukul 18.35 WIB, jumlah korban meninggal dunia akibat banjir bandang Sumbar tercatat 58 orang, sementara korban hilang bertambah dari 27 menjadi 35 orang dalam pencarian.

Selain itu, untuk keluarga terdampak berjumlah 1.543 KK dan 33 orang mengalami luka-luka akibat bencana yang terjadi pada Sabtu, 11 Mei lalu.