JAKARTA – Pengamat Politik Universitas Padjadjaran, Muradi menyarankan Prabowo Subianto lebih fokus meramu dan membuat strategi pemerintahannya mendatang daripada memikirkan membentuk Presidential Club.
Menurut dia, meski wacana itu menarik, tapi kurang realistis untuk diwujudkan saat ini karena akan bersinggungan dengan sisi kenyamanan antarmantan presiden.
“Fokus ke pemerintahan nanti jauh lebih berharga, jauh lebih bermanfaat ketimbang melaksanakan gagasan yang sebenarnya tidak bisa diterima secara penuh. Apalagi misalnya nanti PDIP tidak dalam posisi di dalam pemerintahan, itu makin membuat tidak terlalu nyaman di antara mantan-mantan presiden tersebut,” ujar Muradi, Minggu 5 Mei 2024.
Dia mengingatkan, para presiden sebelum Prabowo berasal dari partai berbeda yang memiliki ideologi dan visi politik masing-masing. Karena itu, akan sangat sulit untuk menyamakan persepsi para tokoh-tokoh dengan karakteristik yang berbeda.
“Harusnya sih memang punya karakteristik yang bisa memberikan stimulasi, karena konteksnya kan kita tiap ganti presiden ganti pendekatan yang agak berbeda. Sementara partai ini kan campur-campur juga, tak ada partai ideologi murni. Berbeda dengan misalnya di Amerika Serikat atau di Jerman, Australia dia kan ideologinya murni,” terang Muradi.
Apalagi, kata dia, hubungan satu sama lain antara pendahulu Prabowo tidak bisa dibilang adem ayem. Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri terbilang sedang panas-panasnya dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo imbas pencalonan Gibran Rakabuming Raka. Selain itu, Megawati juga pernah perang dingin dengan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono selama belasan tahun.
“Kenapa? Kita tidak bisa juga naif mengatakan bahwa tidak ada masalah kok antara mantan-mantan presiden ini. Kita bicara soal sesuatu yang kemudian tidak realistis. Realistisnya adalah mereka ada masalah, masalahnya bukan ideologis, masalahnya di psikologis di antara mereka,” tukas Muradi.