Kesal dengan Ulah Israel, Qatar: Menyerang Mediator Tanda Kurangnya Keseriusan
Juru bicara Kemlu Qatar Majed Al-Ansari. (Twitter/@majedalansari)

Bagikan:

JAKARTA - Qatar mengevaluasi kembali perangnya sebagai mediator dalam konflik Hamas-Israel di Gaza, Palestina, menyuarakan 'frustasi' terkait komentar yang dibuat para pejabat Israel.

Kementerian Luar Negeri di Doha mengatakan para pemimpin Israel telah menggunakan "informasi palsu" untuk membenarkan "serangan" verbal terhadap peran utama Qatar dalam perundingan gencatan senjata jangka panjang yang masih terhenti.

"Qatar sedang menjalani penilaian ulang atas perannya sebagai mediator. Hal ini berkaitan dengan banyak faktor, termasuk berbagai komentar dari pejabat Israel," kata juru bicara kementerian Dr Majed Al Ansari dalam pengarahan mingguan, dilansir dari The National News 24 April.

"Mereka semua tahu sifat mediasi Qatar, mereka berbohong tentang peran Qatar hanya untuk mempertahankan posisi mereka. Ini tidak bisa dibenarkan," tambahnya, seraya mengatakan Doha "sangat frustrasi" dengan pernyataan dari pejabat Israel yang mengetahui hal tersebut.

Dr. Al Ansari mengatakan, Qatar berkomitmen terhadap upaya mediasi tetapi sedang menilai kembali perannya dalam proses tersebut.

"Kita memerlukan komitmen serius dari semua pihak, menyerang mediator adalah tanda kurangnya keseriusan," katanya.

Mediasi, tambahnya, adalah "satu-satunya cara" untuk mengakhiri perang di Gaza, yang memasuki hari ke-200 pada hari Selasa.

Komentarnya senada dengan pernyataan yang dibuat sehari sebelumnya oleh Perdana Menteri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, yang mengatakan Doha tetap memiliki harapan meskipun perundingan terhenti.

"Kami akan mempertahankan upaya kami," katanya kepada diplomat Arab dan Eropa di Luksemburg.

"Negara Qatar menegaskan kembali pendiriannya: bahwa hanya tindakan diplomatik yang dapat mengakhiri pertumpahan darah ini," tambahnya.

Pekan lalu, Dia mengatakan Doha sedang mengevaluasi kembali perannya dalam perundingan tersebut setelah adanya “eksploitasi dan penyalahgunaan peran Qatar”.

Diketahui, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan beberapa anggota kabinet sayap kanan secara rutin mengkritik Doha atas dukungannya terhadap Hamas, yang serangannya pada 7 Oktober di Israel selatan memicu perang di Gaza.

Nir Barkat, Menteri Ekonomi dan Industri Israel, menggambarkan Qatar sebagai "serigala berbulu domba" dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg.

Sementara, saat berbicara kepada para pemimpin Yahudi AS pada Bulan Februari, Netanyahu mengatakan Qatar "dapat menekan Hamas dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh negara lain", yang mendorong Doha untuk mengutuk klaim "kosong" tersebut.

Terpisah, Doha mengatakan tidak ada alasan bagi Hamas untuk memindahkan kantor pusatnya dari Qatar, yang merupakan markas mereka sejak tahun 2012.

"Selama kehadiran mereka di Doha, seperti yang selalu kami katakan, bermanfaat dan positif dalam upaya mediasi ini, mereka akan tetap di sini," terang Dr. Al Ansari.