Gejalanya Saja Mirip, Dinkes Surakarta Bantah Lansia Dirawat di RS Terjangkit Leptospirosis
Camat Banjarsari Beni Supartono Putro memberikan keterangan kepada wartawan di Solo, Jawa Tengah, Senin (25/3/2024). ANTARA/Aris Wasita

Bagikan:

SURAKARTA - Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta membantah ada warganya yang meninggal dunia akibat terjangkit penyakit leptospirosis.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) DKK Surakarta Tenny Setyoharini mengakui memang ada pasien yang masuk ke salah satu rumah sakit di Solo dengan status suspek leptospirosis.

"Tetapi hasil labnya negatif, mungkin karena gejalanya mirip," katanya di Solo, Jawa Tengah, Antara, Senin, 25 Maret.

Gejala yang dirasakan oleh pasien perempuan berusia 60 tahun berinisial SH tersebut di antaranya panas, nyeri otot, dan mual muntah.

Meski terbukti negatif terjangkit bakteri leptospira, pihaknya tetap meminta masyarakat untuk mewaspadai penyakit tersebut mengingat tahun lalu ada empat warga di Solo meninggal dunia akibat penyakit yang sama.

"Harapannya masyarakat menjaga lingkungan agar lebih bersih, tidak membuat tikus bersarang di lingkungan rumah kita, kalau habis beraktivitas cuci tangan pakai sabun dan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit yang tidak diinginkan," katanya.

Sementara itu, dikatakannya penyakit leptospirosis ditularkan oleh air kencing binatang yang mengandung bakteri leptospira.

"Bakteri ini bisa masuk dari luka di tangan atau kaki saat kontak dengan air atau media yang tercemar kencing tikus yang ada leptospiranya," katanya.

Sementara itu, Camat Banjarsari Beni Supartono Putro mengatakan informasi yang diterima oleh pihak kecamatan awalnya pasien tersebut menderita demam berdarah dengue (DBD).

"Terus tindak lanjutnya katanya ada temuan leptospirosis," katanya.

Terkait hal itu, ia mengimbau masyarakat agar hati-hati terhadap binatang yang membawa bakteri tersebut.

"Itu kan penyebabnya bukan hanya tikus, yang lain juga harus diwaspadai. Makan juga harus higienis," katanya.