Bagikan:

JAKARTA - Kremlin mengatakan terpilihnya kembali Presiden Vladimir Putin, menunjukkan rakyat Rusia terkonsolidasi di sekelilingnya dan Moskow tidak tertarik dengan kritik Washington, karena Amerika Serikat secara de facto berperang dengan Rusia di Ukraina.

Putin meraih sekitar 87 persen atau 76 juta suara, sejauh ini merupakan perolehan terbesar dalam sejarah Rusia pasca-Soviet, menurut hasil resmi setelah hampir semua suara dihitung. Jumlah pemilih mencapai lebih dari 77 persen, juga merupakan yang terbesar dalam sejarah Rusia pasca-Soviet.

“Ini merupakan konfirmasi paling jelas mengenai tingkat dukungan masyarakat negara tersebut terhadap presidennya, dan konsolidasi mereka di sekelilingnya,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, dilansir dari Reuters 19 Maret.

Gedung Putih sebelumnya mengatakan Pemilu Rusia "jelas tidak bebas dan adil", karena Putin telah memenjarakan lawan-lawannya dan mencegah orang lain mencalonkan diri melawannya.

"Kami sangat tidak setuju dengan penilaian Amerika Serikat ini," kata Peskov.

"Penilaian seperti ini sudah diduga dan dapat diprediksi, mengingat secara de facto Amerika Serikat adalah negara yang sangat terlibat dalam perang di Ukraina. Ini adalah negara yang sebenarnya sedang berperang dengan kita," urainya.

"Ini bukanlah pendapat yang siap kami dengarkan dan bahkan penting bagi kami," tandasnya.

Peskov mengatakan, jika negara-negara Barat ingin berbicara tentang tidak sahnya pemilu di Rusia, maka mereka akan menyatakan 87 persen suara yang diberikan untuk Putin tidak sah, sesuatu yang menurutnya merupakan hal yang konyol.

"Ini tidak masuk akal," kata Peskov.

Ditanya tentang seruan beberapa aktivis oposisi Rusia untuk menyatakan Pemilu Rusia tidak sah, Peskov mengatakan orang-orang seperti janda Alexei Navalny, Yulia Navalnaya, telah kehilangan kontak dengan Rusia.

"Ada banyak orang yang benar-benar memisahkan diri dari tanah air mereka. Yulia Navalnaya yang Anda sebutkan semakin banyak pindah ke kamp orang-orang ini," jawab Peskov.

Dia mengatakan orang-orang seperti itu "kehilangan akar, ikatan dengan tanah air mereka, kehilangan pemahaman tentang tanah air mereka dan berhenti merasakan denyut nadi negara mereka."