Pakar Sebut Gempa Kalimantan Imbas Patahan Batuan Bergeser dari Pasifik
Gempa (Foto: antara)

Bagikan:

JAKARTA - Fenomena gempa di Pulau Kalimantan diakibatkan adanya patahan batuan bumi yang bergeser dari arah pasifik mulai membelah ke pulau tersebut.

Pakar Bidang Ilmu Rekayasa Geologi Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Kalimantan Selatan Adip Mustofa mengatakan, secara geologi, terjadi pensesaran batuan dari arah pasifik menuju Pulau Papua, lalu ke Pulau Sulawesi, dan mulai membelah bagian timur Pulau Kalimantan.

"Sehingga, terjadilah patahan di sebagian wilayah Kalimantan yang menyebabkan guncangan magnitudo berkekuatan skala kecil,” katanya mengutip Antara.

Adi menyebutkan aktivitas sesar batuan di Kalimantan tersebut tidak dapat diprediksi secara spesifik kapan waktunya terjadi, namun seiring berjalannya waktu akan terjadi, karena merupakan fenomena alam yang sudah terjadi sejak zaman batu ratusan juta tahun lalu.

Aktivitas patahan batuan di Pulau Kalimantan, kata dia, sudah sejak zaman Jura yang mana pada saat itu periode utama dalam skala waktu geologi yang berlangsung sekitar 165 juta tahun lalu. Hal ini menjadi bukti bahwa batuan di Kalimantan tidak utuh lagi, karena telah terjadi patahan sejak zaman dahulu.

“Beberapa pekan lalu di Pulau Kalimantan terjadi patahan batuan yang menyebabkan gempa di wilayah timur, selatan, dan tengah. Ikan berlanjut ke wilayah barat,” ujarnya.

Menurut dia, fenomena gempa yang beberapa waktu lalu terjadi di sebagian wilayah Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah, yang tercatat BMKG lebih dari enam kali pada Februari 2024, bukanlah kejadian pertama kali.

Adip menjelaskan pada tahun lalu juga terjadi gempa di Kalimantan, yang menurut BMKG terjadi akibat aktivitas pergeseran batuan dan pensesaran yang dipicu penumpukan energi, karena patahan, sehingga menyebabkan gempa. Bahkan, pada 1923, 1925, 1936, juga pernah terjadi pensesaran.

Selain itu, lanjut dia, perlu diketahui bahwa wilayah Kalimantan Selatan yang terkenal dengan Pegunungan Meratus membentang cukup luas ke arah timur, selatan, barat, dan utara, telah diidentifikasi pakar terdapat sesar meratus berupa patahan batuan dengan panjang mencapai 150 kilometer.

Adip mengungkapkan bahayanya adalah jika batuan Meratus sering aktif dan pergeseran patahan semakin menggesek panjang, akan menyimpan energi yang semakin besar yang menyebabkan guncangan kuat.

Namun, kata dia, hingga saat ini belum ada penelitian yang membuktikan kapan itu terjadi, dan kekuatan getaran gempa di Kalimantan Selatan masih tergolong skala kecil berkisar magnitudo dua koma hingga lima koma.

Ia menilai saat ini masih tersimpan penumpukan energi kecil yang padat di Kalimantan Selatan yang diperkirakan akan menyebabkan gempa skala kecil di kemudian hari.

Adip menyampaikan secara garis besar, gempa di Pulau Kalimantan belum tergolong sangat membahayakan atau belum berdampak luar biasa, sehingga para ahli geologi belum tertarik melakukan penelitian mendalam terkait gempa yang terjadi.

“Belum ada penelitian yang membuktikan terkait kapan terjadi gempa di Kalimantan, sehingga kita tidak bisa membuat prediksi yang cukup akurat. Namun, kabar baiknya adalah kekuatan magnitudo gempa di Kalimantan tergolong skala kecil,” ujarnya.