JAKARTA - Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan rekahan yang diduga menjadi bagian jalur sesar/patahan gempa yang melanda Kabupaten Cianjur pada November 2022 lalu.
"Jadi kita menemukan rekahan yang cukup lebar kemudian menyebabkan pondasi dinding kolam bergerak kurang lebih 15 cm arahnya ke kanan," ujar Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN Adrin Tohari di Cianjur dilansir ANTARA, Jumat, 28 Juli.
Penemuan rekahan tersebut berada di Kampung Rawa Cina, Desa Nagrak. Desa tersebut menjadi salah satu lokasi yang hancur diguncang gempa dengan magnitudo 5,6.
Rekahan yang memiliki kedalaman 15 cm ini diketahui dari pondasi batuan kolam ikan yang bergeser ke kanan. Dengan adanya rekahan tersebut, peneliti BRIN menduga patahan itu yang menyebabkan kerusakan bangunan.
Untuk membuktikan hipotesa itu, peneliti masih melakukan riset geofisika untuk memastikan apakah rekahan tersebut terasosiasi dengan rekahan dari dalam tanah.
"Dengan adanya rekahan ini kami yakin di bawah ini ada sesarnya yang menyebabkan kerusakan bangunan cukup parah. Sekarang ini ingin kita buktikan dengan riset," kata dia.
Rekahan dari pondasi kolam memanjang hingga 25 meter ke arah utara, namun pihaknya tidak bisa mengidentifikasi lebih lanjut panjang rekahan karena tertutup puing-puing bangunan.
Sementara ke arah selatan, teridentifikasi panjang rekahan sejauh 10 meter atau menuju persawahan warga. Ia menduga lokasi tersebut menjadi salah satu bagian jalur sesar yang memanjang hingga sekitar kawasan Tapal Kuda Cugenang.
"Masyarakat di sini menceritakan goncangannya (ke atas-bawah) bukan mengayun lagi. Yang begini (ke atas-bawah) berarti sangat dekat dengan sumber gempa, jadi menghentak," kata dia.
Kendati demikian, peneliti masih memerlukan konfirmasi lebih lanjut mengenai dugaan-dugaan tersebut lewat penelitian Geolistrik Multichanel Resistivity dan Ground Penetrating Radar.
BACA JUGA:
Hasil penelitian ditargetkan rampung pada Desember 2023, agar menjadi panduan dalam memetakan wilayah risiko bencana gempa bumi serta langkah mitigasi yang tepat sasaran.
Senada dengan Adrin, salah satu warga Rawa Cina Yuyun Yunengsih (48) menceritakan gempa yang dirasakan sangat kuat dan membuat rumah seolah melompat. Suara gempa seperti ledakan petir.
Dia mengaku tak pernah merasakan gempa dengan karakteristik goncangan naik-turun. Biasanya, jika gempa terjadi di sekitar selatan Jawa Barat, getarannya hanya mengayun.
"(suara) meledak ke atas, (suasana) langsung gelap. Rumah ke angkat ke atas. Kolam langsung jebol, ikan habis. Ada empat rumah yang amblas ke masuk ke dalam tanah," kata dia.