Jelang Ramadan Harga Beras di Kota Bogor Naik, Dewan Dorong Pemerintah Stabilkan Harga Lewat Operasi Pasar
Ilustrasi beras Bulog (ANTARA)

Bagikan:

BOGOR - Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto mendorong pemerintah untuk segera menstabilkan harga beras yang terus mengalami lonjakan. Atang menekankan, melonjaknya harga beras ini tentunya akan berdampak pada masyarakat kurang mampu.

Harga beras yang saat ini sudah tembus Rp16 ribu per kilogram ini terus naik jelang Ramadan.  

“Pemerintah harus serius dan segera mengambil tindakan untuk menstabilkan harga beras,” kata Atang Trisnanto.

Ketua DPRD Kota Bogor ini menyebut, kondisi harga beras yang mahal jika dibiarkan tentunya selain memberatkan masyarakat akan berdampak pada kondisi pemulihan ekonomi yang tengah dibangun masyarakat saat ini.

“Dibeberapa pasar tradisional saya cek memang harga beras medium saat ini naik, biasa Rp13 ribu, sekarang ini jadi Rp16 ribu, di beberapa ritel ,” kata Atang. Adapun, kondisi kenaikan harga beras ini sebenarnya sudah terjadi selama beberapa bulan terakhir.

Atang melihat dampak dari naiknya harga beras ini juga menjadi efek domino yang sangat serius. Salah satunya bagi pengusaha warteg dan rumah makan di mana harga beras saat ini sudah menyentuh harga rata-rata Rp.700.000 per karung, sehingga berdampak cukup besar terhadap keuntungan.

“Saya kira beberapa warga juga sempat merasakan sulitnya mendapatkan beras di ritel-ritel, pemerintah harus segera membuat skenario untuk menstabilkan harga,” imbuh Atang.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan) hasil produksi beras sejak akhir 2023 masih menunjukan angka surplus.

Adapun, surplus diperoleh dari hasil produksi beras sepanjang tahun 2023 yang sebesar 30,96 juta ton. Kemudian, mendapatkan tambahan alokasi impor beras sekitar 2,7 juta ton.

Sedangkan, pada awal 2024, ia melanjutkan, tambahan stok beras nasional berada di kisaran 1,31 juta ton. Itu berasal dari hasil produksi petani 910 ribu ton plus impor 400 ribu ton.

“Melihat stok beras nasional itu sebenarnya aman, namun yang jadi pertanyaan itu mengapa harganya mahal,” ucapnya.  

Disisi lain, Ketua DPRD itu juga mengapresiasi langkah Bulog yang menggelontorkan komoditi pangan murah melalui Program Bulog Siaga yang dilaksanakan di Wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Di mana, program Bulog Siaga ini akan menjual Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), Beras Premium dan komoditas pangan lainnya secara langsung kepada masyarakat sebagai bentuk intervensi langsung penyediaan komoditi kepada konsumen.

Namun demikian, Atang menyarankan, sebaiknya Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mulai mempertimbangkan untuk melakukan operasi pasar.

“Salah satu yang paling efektif dalam kondisi ini memang dari operasi pasar, sepertinya sulit cara lain untuk menurunkan harga,” tandas Atang Trisnanto.