Ganjar: Ciptakan 17 Juta Lapangan Kerja Tak Hanya Buat Pabrik atau Investasi
Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo di Alun-alun Utara Bumipala Vida, Bekasi, Senin, 5 Februari. (Tsa Tsia-VOI)

Bagikan:

BEKASI - Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengatakan menciptakan lapangan kerja bukan hanya lewat membangun pabrik atau menangkap investasi. Ada berbagai cara, salah satunya menjadi wirausahawan atau enterpreuner.

Hal ini disampaikan Ganjar saat mengunjungi Waste4Change yang merupakan perusahaan pengelolaan sampah di Alun-alun Utara Bumipala Vida, Bekasi, Jawa Barat pada hari ini, Senin, 5 Februari.

Eks Gubernur Jawa Tengah (Jateng) itu mengatakan dalam penciptaan lapangan kerja, apalagi jika mencapai 17 juta tak cukup hanya membangun infrastrukturnya seperti pabrik. Melalui pengelolaan sampah yang tepat seseorang juga bisa jadi pengusaha.

“Sebenarnya kalau menciptakan 17 juta lapangan kerja itu tidak hanya sekadar buat pabrik, invetasi, orang jadi pegawai, tapi juga bisa menjadi entrepreneur,” kata Ganjar kepada wartawan di lokasi.

Ganjar mencontohkan program Waste4Change ini, dengan dibantu swasta banyak komoditas yang bisa dihasilkan. Misalnya, maggot dengan nilai jual karena bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Hanya saja, pemerintah ke depan tak bisa lepas tangan. “Tinggal ada dua saja, kita mau buat regulasi dan yang kedua memberikan insentif kepada mereka atau bantuan kepada mereka,” tegasnya.

Saat berada di lokasi, Ganjar sempat melihat cara pengelolaan sampah yang ujungnya bisa memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat sekitar. Ia saat itu didampingi CEO Waste4Change, M. Bijaksana Junareso.

“Kami menunjukkan strategi dan teknologi sederhana yang solutif terhadap material yang disebut sampah, agar terjadi ekonomi sirkuler dan sampah tidak berulang jadi bencana karena dibuang dan terbuka di tempat pembuangan akhir,” ujar Sano saat mendampingi.

Lebih lanjut, Seno juga berharap Ganjar bisa mendengar suara para pemulung maupun ibu penggerak Bank Sampah untuk memperbaiki tata pengelolaan pembuangan. “Mengingat setelah tragedi longsor dan meledaknya gunungan sampah 21 Februari 2005 silam, tata kelola sampah Indonesia kini masih didominasi kumpul angkut buang,” pungkasnya.