Bagikan:

JAKARTA - Badan Litbang Diklat Kementerian Agama (Kemenag) telah menerima 688 abstraksi artikel untuk penyelenggaraan Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika dan Amerika Latin (KMBAAAL), yang rencananya digelar di Kota Bandung pada 11-13 Desember 2023.

"Sampai 17 November 2023 Balitbang Diklat Kemenag telah menerima 688 abstraksi artikel (call for paper)," kata Kepala Balitbang Diklat Kemenag Suyitno dikutip dari Antara, Minggu.

Suyitno mengatakan call for paper digelar untuk mengakomodir masyarakat, cendekiawan, praktisi, dan akademisi, menyampaikan pemikiran mereka tentang kemanusiaan dan agama. Abstraksi artikel kebanyakan berasal dari Indonesia, China, Turki, Maroko, Lebanon, dan sejumlah negara lainnya.

Menurut dia, Kemenag saat ini terus intens mematangkan persiapan KMBAAAL, baik secara teknis maupun subtstantif, termasuk koordinasi dengan berbagai stakeholder pemerintah dan swasta.

Selain temu para tokoh agama, akademi, dan lembaga lain dari tiga benua, tim panitia juga menggelar berbagai kegiatan, antara lain Festival Film Toleransi, Festival Musik Moderasi Beragama, dan Ekspos Inovasi Moderasi Beragama.

"Beragam ajang itu mendapatkan sambutan hangat dari seluruh elemen masyarakat," ujar Suyitno.

Suyitno menjelaskan pelibatan Amerika Latin dalam Konferensi Moderasi Beragama merupakan langkah tepat di tengah-tengah konflik Palestina dan belahan dunia lain. Ia berharap pertemuan tersebut dapat memberi solusi terhadap isu tersebut.

"Melalui tema yang kami usung, yaitu Religion and Humanity, kami ingin menggali sumber-sumber nilai agama sebagai instrumen untuk memberikan solusi terhadap isu-isu kemanusiaan," katanya.

Suyitno mengatakan penyelenggaraan konferensi ini terinspirasi dari pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang diinisiasi Presiden RI pertama Soekarno. Lewat semangat KAA, negara-negara yang dalam penjajahan kemudian mampu merdeka dan berdaulat.

Pengalaman tersebut membuat Kemenag berupaya untuk menduplikasi semangat dengan membawa pesan perdamaian dunia dan perjuangan untuk kemanusiaan.

"Supaya agama itu hadir memberikan solusi kemanusiaan, itu yang menyebabkan mengapa kemudian Kemenag harus turun tangan agar agama hadir sebagai solusi persoalan kemanusiaan," kata Suyitno.