Bagikan:

JAKARTA - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah menyusun agenda penelitian untuk mengidentifikasi gunung-gunung bawah laut di Indonesia menggunakan kapal riset Geomarin III.

Kepala Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan Hadi Wijaya mengatakan riset geologi menggunakan gelombang seismik itu berlangsung selama 50-60 hari yang dimulai pada Februari 2024.

"Tahun depan kami masuk ke identifikasi gunung bahwa laut di Gunung Krakatau dan Banua Wuhu di Sulawesi Utara," ujarnya saat ditemui dalam acara pelepasan tim periset arus laut lintas di Pelabuhan JICT 2, Jakarta dilansir ANTARA, Rabu, 15 November.

Ia menjelaskan identifikasi gunung bawah laut sebagai bentuk penelitian tentang bahaya geologi atau geohazard mengingat Indonesia di keliling oleh gunung-gunung berapi aktif. 

"Bahaya geologi adalah kondisi geologis merugikan yang dapat menyebabkan kerusakan luas atau bilangannya harga benda dan nyawa," katanya.

Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan durasi riset setiap gunung api bawah laut berlangsung sekitar satu bulan.

Ia menuturkan Badan Geologi tidak hanya mengurusi onshore saja, tetapi juga offshore. Karena itu, pihaknya mulai meneliti gunung api bawah laut karena di situ ada pilar geohazard.

"Kami mengidentifikasi gunung api bawah laut, ada berapa sih kita punya? Selain ring of fire yang kita sudah identifikasi, kita sudah tahu itu. Sekarang yang ada di bawah laut itu seperti apa," kata Wafid.

Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Banua Wuhu berada sebelah barat daya Pulau Mahengetang yang mempunyai luas kira-kira satu kilometer.

Banua Wuhu merupakan gunung api bawah laut yang bila terjadi erupsi eksplosif berpotensi merusak daerah puncaknya, sehingga gunung api tersebut kadang-kadang muncul di permukaan dan kadang-kadang tidak nampak di permukaan laut.

Sedangkan, Krakatau merupakan kepulauan vulkanik masih aktif yang terletak di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan. Letusan dahsyat yang terjadi tahun 1883 menciptakan tsunami setinggi 40 meter.

Pascaerupsi paroksimal tersebut memunculkan gunung api muda yang diberi nama Gunung Anak Krakatau. Gunung api strato tipe A itu terbentuk tahun 1927 dan muncul ke permukaan laut sejak tahun 1929. 

Sejak saat itu sampai sekarang Gunung Anak Krakatau berada dalam fase konstruksi atau membangun tubuhnya hingga besar. Dalam waktu 94 tahun sejak kemunculan pertamanya itu, Gunung Anak Krakatau kini memiliki ketinggian mencapai 157 meter dari permukaan laut.