YOGYAKARTA – Seruan untuk melakukan boikot produk Israel muncul di media sosial. Seruan ini dilakukan sebagai bentuk kekecewaan atas negara Israel yang melakukan kekerasan kemanusiaan pada masyarakat Palestina di Gaza. Lalu, apa pengaruhnya?
Boikot Produk Israel
Terkait gerakan boikot produk Israel, ada banyak pendapat terhadap dampak yang kemungkinan akan diterima oleh negara tersebut. Beberapa pendapat adalah sebagai berikut.
1. Jusuf Kalla
Gerakan pemboikotan atas produk Israel ditanggapi oleh Mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla (JK). Ia menjelaskan bahwa langkah konkret perlu dilakukan adalah kerja sama internasional, bukan bergerak sendiri-sendiri.
"Ya tentu, itu harus upaya bersama secara internasional karena kalau hanya sendiri-sendiri kelihatannya Israel tetap kukuh untuk melakukan serangan begitu banyak," jelas JK di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu, 5 November.
Menurutnya, harus ada tujuan yang sama dalam menghentikan prang dari negara perserikatan Islam, negara Arab, dan Amerika Serikat. Jika semua bersatu, serangan yang dilancarkan Israel ke Palestina dapat dihentikan.
"Ini harus pengaruh negara-negara Arab, pengaruh negara Islam dan Amerika harus bekerja sama dengan itu semua. Baru bisa kita kendalikan itu,” katanya lagi.
JK berpendapat bahwa terkait konflik di Palestina, Israel hanya menerima masukan dari negara sekutu termasuk Amerika Serikat. Oleh karena itu protes yang digaungkan masyarakat termasuk di Indonesia berupa boikot produk Israel tak berdampak pada penyelesaian masalah Palestina.
"Tidak bisa, Israel tak pernah mau dengar suara orang, kecuali dengar suara Amerika. Ya Amerika harus bersama-sama," jelas Kalla.
"Nggak mempan (boikot), apa sih yang kita mesti boikot Israel, barangnya juga tidak ada yang masuk, bisa masuk dari negara lain," tambahnya lagi.
JK juga meminta agar Presiden Jokowi berperan aktif menggerakkan diplomasi masif.
"(Presiden) harus melancarkan diplomasi kemanusiaan besar-besaran ini. Pertama ke persatuan dari seluruh dunia atas nama kemanusiaan ya, kan kalau politik tidak bisa ini. Harus kemanusiaan bersama-sama," katanya.
2. Brookings Institution
Brookings Institution adalah Organisasi non-profit yang bermaskas di di Washington, Amerika Serikat (AS). Menurut mereka, gerakan boikot produk Israel dengan nama BDS tak akan berpengaruh pada ekonomi Israel secara drastis. Pasalnya, sekitar 40 persen ekspor Israel merupakan barang "intermediet" alias produk tersembunyi yang dipakai pada proses produksi barang di tempat lain, contohnya semikonduktor.
Tak hanya itu, kurang lebih 50 persen ekspor Israel merupakan barang "diferensiasi" alias barang yang tidak bisa diganti misalnya chip komputer khusus.
3. Kemenperin
Meski tak berdampak besar terhadap Israel, gerakan boikot produk yang berafiliasi dengan Israel dinilai mampu meningkatkan industri dalam negeri. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika di kesempatan yang berbeda sebelumnya.
Menurutnya, gerakan boikot produk Israel jadi momen yang baik serta membantu usaha Pemerintah yang saat ini tengah melakukan pengetatan barang impor masuk ke dalam negeri.
"Di sosmed ada ajakan-ajakan untuk memboikot beberapa produk, ya mudah-mudahan itu akan menjadi momentum yang bagus bagi kita untuk memperkuat pengetatan arus barang karena kita masih impor beberapa produk," kata Putu Juli, dikutip dari ANTARA, Senin, 11 November.
BACA JUGA:
Ia berharap agar produk dalam negeri bisa dimanfaatkan oleh pasar domestik secara penuh. Aksi boikot juga dinilai jadi salah satu bentuk dukungan warga terhadap kondisi Palestina yang mendapat kekerasan kemanusiaan dari Israel.
Itulah informasi terkait boikot produk Israel. Kunjungi VOI.ID untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.