Bagikan:

JAKARTA - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan penyebab penyebaran kasus cacar monyet atau monkeypox pada tahun ini lebih tinggi dibanding tahun lalu.

Diketahui, pada tahun 2022 pemerintah mencatat satu kasus yang terdeteksi pada bulan Agustus. Sementara pada tahun 2023, tercatat sudah ada 13 kasus di Indonesia sejak 13 Oktober hingga 26 Oktober.

Maxi menyebut, dalam penanganan kasus cacar monyet di Indonesia, pemerintah langsung bergerak melakukan penelusuran kontak untuk menekan penyebaran, baik pada temuan kasus tahun 2022 maupun 2023.

"Jadi, setiap ada satu kasus, kita melakukan tracing kontak erat. Malah tahun lalu itu dicari sampai dengan beberapa kelompok, sampai lebih dari 10 kita cari teman-temannya (dari pasien cacar monyet)," kata Maxi dalam konferensi pers virtual, Kamis, 26 Oktober.

Maxi berpendapat, rendahnya jumlah kasus cacar monyet pada tahun lalu disebabkan oleh kondisi pandemi COVID-19 yang masih membatasi kegiatan masyarakat.

Sementara, saat ini status pandemi virus corona telah dicabut dan tak ada lagi pembatasan.

"Memang saat berbarengan dengan COVID, mungkin kelompok-kelompok tertentu itu belum pada ketemu, mungkin masih jarang ketemu," ucap dia.

Kemudian, penularan kasus-kasus cacar monyet pada tahun ini merupakan transmisi lokal. Penderitanya tak memiliki riwayat perjalanan luar negeri. Berbeda dengan satu kasus tahun lalu yang tertular dari penderita di Belanda.

"Sekarang ini kasus yang terjadi sudah transmisi lokal, dan kemampuan tracingnya sama. Karena sekarang penyebaran sudah transmisi lokal, Saya kira kasus-kasus setiap hari bertambah, itu sudah pasti akan ada," jelasnya.