JAKARTA - Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Puji Lestari mengemukakan buah sukun bisa menjadi bahan pangan alternatif pengganti beras.
"Beberapa publikasi menyebutkan sukun memiliki variasi keragaman nutrisi, sehingga sangat berpotensi sebagai pangan alternatif untuk membantu kecukupan pemenuhan nutrisi pangan masyarakat," kata Puji dilansir ANTARA, Rabu, 25 Oktober.
Pohon sukun bisa tumbuh di hampir semua pulau di Indonesia, termasuk Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Buah sukun selama ini juga sudah biasa diolah menjadi makanan ringan.
Peneliti hortikultura dan perkebunan BRIN Marietje Pasireron mengatakan bahwa buah sukun (Artocarpus altilis) bisa dikonsumsi sebagai pengganti beras di Indonesia.
Hasil analisis kimia tepung sukun dari 14 sukun lokal asal Sleman, Gunung Kidul, Banten, Sukabumi, Cilacap, Kediri, Banyuwangi, Madura, Bali, Mataram, Lampung, Bone, Sorong, dan Manokwari menunjukkan kandungan karbohidrat sukun cukup tinggi.
Sukun dari Gunungkidul memiliki kandungan karbohidrat rata-rata 70,44 persen, protein 6,59 persen, lemak 1,29 persen, serat 6,55 persen.
Marietje mengatakan sukun bisa dikembangkan sebagai tanaman pangan pokok alternatif. Sukun dapat ditanam secara berkelanjutan dengan input minimal bersama dengan kopi, lada, atau vanila.
"Kita bisa melihat populasi sukun di Indonesia menyebar dan cukup banyak. Kita perlu mengembangkan sukun untuk menggantikan beras sebagai pangan alternatif untuk mencegah kelaparan akibat bencana yang disebabkan oleh El Nino dan La Nina. Mungkin bisa menjadi kebijakan pemerintah ke depan," kata Marietje.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi buah sukun di Indonesia mencapai 165.032 ton pada tahun 2022.
Jawa Tengah tercatat sebagai daerah penghasil sukun paling banyak (35.188 ton), diikuti oleh Jawa Timur (29.370 ton), dan Jawa Barat (23.113 ton).