Bagikan:

SURABAYA - Ketua Komnas Perlindungan Anak Jatim, Febri Kurniawan Pikulun, mendesak Polda Jawa Timur menangani kasus siswi korban perundungan di Kabupaten Gresik. Sebab, kata dia, kasus tersebut yang ditangani Polres Gresik terkesan ditutupi.

"Saya merekomendasikan penyidikan dilakukan secara profesional, bisa melalui dosen Universitas, pihak psikologi Polda Jatim. Tujuannya agar kasus ini tidak terkesan ditutup-tutupi. Florkan saja agar kasus ini tidak terulang kembali lagi, dan sekolah harus bertanggung jawab," kata Febri, Kamis, 21 September.

Tak hanya itu, Febri juga mempertanyakan hasil pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI), oleh dokter spesialis mata RSUD Ibnu Sina Bambang Tuharianto.

Sebab, dokter Bambang mengklaim tidak menemukan tanda-tanda kekerasan, pada korban siswi SAH yang mengalami kebutaan setelah dicolok tusuk bakso. 

Komnas PA akan terus menggali data kasus perundungan siswi di sebuah SD di Kecamatan Menganti.

"Dokter itu tidak menyebutkan tidak terjadi luka, pendarahan, dan kekerasan. Hanya disebut ada penurunan penglihatan saja. Lalu saya tanyakan, apa yang menyebabkan penurunan mata tersebut?. Apa hubungan dengan hasil psikologis anak tersebut. Karena ini saling keterhubungan, dan tak bisa dipisahkan," jelasnya.

Dari hasil pemeriksaan mata dan psikologis, lanjutnya, nantinya bisa dijadikan bahan penyidikan polisi. Dengan begitu aparat penegak hukum bisa menentukan ada-tidaknya tindak pidana.

"Ini sebenarnya simpel, hanya saja laporan dari kejadian dugaan tindakan cukup lama. Tidak ada laporan sejak kejadian tanggal 7 Agustus, lalu juga ada kabar tidak ditanggapi oleh pihak sekolah hingga korban melaporkan tanggal 28 Agustus. Hasilnya visum pun tidak bekerja maksimal," katanya.