JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah menganalisa hujan yang mengguyur wilayah Jabodetabek beberapa hari lalu dipicu kemunculan Siklon Tropis Saola di Filipina.
"Badai itu cukup kuat untuk menarik uap air yang berasal dari selatan Pulau Jawa. Semakin kuat badai, maka uap air semakin kuat ditarik ke arah Filipina," kata Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan dilansir ANTARA, Rabu, 30 Agustus.
Siklon Tropis Saola memiliki kecepatan angin maksimum sebesar 85 knot atau setara 155 kilometer per jam dengan tekanan udara minimum sebesar 955 milibar.
Eddy menuturkan awan dan uap air yang ditarik dari perairan selatan Pulau Jawa itu melewati Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang, dan Banten. Alhasil, hujan turun di daerah-daerah tersebut.
Menurutnya, angin yang membawa uap air punya kecenderungan mencari pusat tekanan rendah.
"(Hujan) itu hanya kondisi sesaat dan El Nino tetap eksis," ujarnya.
BACA JUGA:
BRIN menyebut ada tiga faktor yang dapat meredam kekuatan El Nino yang memicu kemarau menjadi lebih panjang yaitu monsun Asia, Indian Ocean Dipole (IOD), dan Madden–Julian Oscillation (MJO) di lautan Hindia.
Saat ini, kata dia, ketiga fenomena itu belum muncul karena masih berada di bawah permukaan.
"El Nino yang muncul Mei 2023 akan mencapai kondisi periode normal atau netral pada Maret, April, dan Mei 2024 atau hampir satu tahun," ujar Eddy.