JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebutkan, ada awan kumulonimbus sebelum dan saat pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
"Kondisi cuaca sebelum dan saat (pesawat Sriwijaya Air SJ-182) terdapat awan CB (Kumulonimbus) di atas Jakarta dan mulai meluruh seiring berkurangnya intensitas hujan dan meningkatnya jarak pandang," kata Dwikorita dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi V DPR RI, Rabu, 3 Februari.
Raker yang ditayangkan di Facebook resmi DPR RI ini membahas insiden naas Sriwijaya Air SJ-182 saat lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang pada 9 Januari lalu.
Lebih lanjut, awan ini juga terdapat di rute penerbangan Sriwijaya Air SJ-182 dari Jakarta-Pontianak yang membentang di atas Pulau Jawa bagian Barat yang bergerak menuju ke arah Tenggara.
Kondisi ini, sambung Dwikorita, dapat terpantau dari analisa Citra Satelit Himawari yang menunjukkan suhu puncak awan berkisar minus 43 derajat celcius sampai dengan minus 48 derajat celcius.
Berdasarkan data Radiosonde 7-9 Januari potensi terjadinya icing (Pembekuan) berada pada ketinggian 16 ribu hingga 27 ribu kaki.
"Sedangkan pada ketinggian sekitar 11 ribu feet tidak terdapat potensi icing," tegasnya.
BACA JUGA:
Diberitakan sebelumnya, Pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu, 9 Januari sekitar pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.
Dari total 62 penumpang pesawat nahas tersebut, total yang sudah dapat teridentifikasi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri adalah 58 orang.