Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Rycko Amelza Dahniel menyebut bahwa tren toleransi di tengah masyarakat Indonesia mengalami peningkatan berdasarkan kajian pada 2023.

"Berdasarkan data Setara Institute tahun 2016 dan 2023, tren toleransi alami peningkatan dari 61,6 persen menjadi 70,2 persen," kata Rycko di hadapan masyarakat dan pelajar Indonesia di Maroko, sebagaimana keterangan tertulis diterima di Jakarta, Antara, Rabu, 30 Agustus.

Rycko menjelaskan bahwa peningkatan angka toleransi itu disebabkan karena adanya penurunan jumlah kelompok intoleran pasif, yakni sekitar 13 persen pada tahun ini.

“Angka ini (toleransi) membesar disumbang oleh menyusutnya kelompok intoleran pasif dari sebelumnya berada pada angka 35,7 persen menjadi 22,4 persen di 2023,” kata Kepala BNPT.

Meskipun demikian, Rycko mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan-perubahan strategi penyusupan ideologi kekerasan. Kelompok penganut ideologi kekerasan, kata Rycko, telah mengubah strateginya dalam mempengaruhi masyarakat, khususnya generasi muda yang rentan di tengah derasnya arus informasi.

“Mereka melakukan pola perubahan serangan dari hard (keras) menjadi soft approach (pendekatan lunak), dari strategi bullet atau peluru menjadi ballot strategy atau strategi suara. Ini harus kita waspadai bersama," imbuh Kepala BNPT ke-6 itu.

Rycko berpesan, generasi muda yang telah memiliki sikap toleransi, nasionalisme, dan keberagaman harus terus dipertahankan. Menurutnya, hal itu berguna untuk membangun kehidupan sosial yang aman, damai, dan harmoni.

Kegiatan silaturahim Kepala BNPT dengan masyarakat dan pelajar Indonesia digelar di Wisma Kedutaan Besar RI, Rabat, Maroko, Jumat (25/8). Hadir pada acara itu, Imam Besar Masjid Istiqlal, K.H. Nasaruddin Umar dan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI di Maroko, Hasrul Azwar.