JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan subvarian Virus Corona terbaru EG.2 dan EG.5 menempati hampir separuh proporsi kasus COVID-19 di Indonesia saat ini.
"Dari temuan Whole Genome Sequencing (WGS), proporsi saat ini EG.2 mencapai 20 persen, EG.5 mencapai 20 persen," kata Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan Achmad Farchanny dalam Konferensi Pers Upaya Penanggulangan COVID-19 di masa endemi diikuti dari Jakarta, Antara, Senin, 21 Agustus.
Laporan itu diterima Kemenkes pada 7 Agustus 2023 berdasarkan hasil laporan Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) sebagai institusi yang dibuat oleh Pemerintah Jerman dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Internasional untuk mempelajari data genetika virus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu mengklasifikasikan subvarian virus corona terbaru EG.5 sebagai variant of interest (VOI).
Varian virus corona terbaru ini telah menyebar dengan cepat di wilayah Amerika Serikat (AS), dan mencakup lebih dari 17 persen kasus infeksi baru.
WHO menyatakan, varian corona EG.5 saat ini belum menimbulkan risiko tambahan pada kesehatan masyarakat, jika dibandingkan dengan varian COVID-19 lainnya.
Farchanny mengatakan, tren kasus COVID-19 secara nasional sejak 1 Juli 2023 terbilang landai dengan laju positifity rate sebesar 0,31 persen dan tren hospitalisasi serta kematian yang hampir menyentuh angka nol.
"Pada 2023 tercatat peningkatan kasus pada Mei dan bulan berikutnya menurun secara signifikan," katanya.
Kondisi COVID-19 di Indonesia yang cenderung stabil dipengaruhi program vaksinasi yang kini tercatat lebih dari 453 juta dosis telah disuntikkan kepada penerima manfaat, dan lebih dari 64 persen total populasi Indonesia telah menerima vaksinasi dosis lengkap, kata Farchanny menambahkan.
Dari hasil serosurvei antibodi yang telah dilaksanakan sebanyak tiga kali di Indonesia sejak 2021 sampai Januari 2023, kata Farchanny, menunjukkan hampir semua penduduk Indonesia punya antibodi Sars-CoV-2.
"Pada Januari 2023 Serosurvei terakhir tercatat 99 persen dengan range antara 98,6 sampai 99,3 persen," katanya.
Dalam kesempatan itu, Farchanny juga menyampaikan kondisi aktual COVID-19 global yang secara umum mengalami penurunan laju kasus.
"Untuk kasus yang tertinggi saat ini ada di Eropa, diikuti wilayah Western Pascifik, seperti Amerika Serikat dan sebagainya," katanya.
Kasus kematian tertinggi akibat COVID-19 masih didominasi di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia Tenggara. "Secara umum semua kasus perawatan dan kematian menurun," katanya.