JAKARTA - Usai menjalani rangkaian Sidang Umum ASEAN Inter Parliamentary Assembly (AIPA) ke-44, delegasi dari Parlemen 9 Negara ASEAN, negara Observer dan organisasi internasional menyempatkan berkunjung ke ‘Indonesia Kecil’ yakni Taman Mini Indonesia (TMII). Mereka pun menikmati ragam budaya Indonesia.
Sebagai tuan rumah Sidang Umum AIPA ke-44, DPR RI ingin memberi kesan indah untuk para delegasi sebelum pulang ke negaranya. Oleh karenanya, DPR mengajak delegasi AIPA melihat miniatur Indonesia di TMII, Jakarta Timur, Kamis 10 Agustus.
Sekitar 100 orang dari delegasi berbagai negara tiba di TMII pada pukul 10.30 WIB dan langsung berkumpul di Paviliun Keong Mas sebelum mulai mengitari TMII dengan menggunakan bus listrik. Kendaraan listrik memang menjadi mobilitas pengunjung TMII sebagai bagian dari konsep ramah lingkungan.
Dengan 9 bus listrik, delegasi AIPA mulai menikmati anjungan rumah adat dari seluruh provinsi di tanah air, salah satunya anjungan rumah adat Sumatera Barat.
Pada setiap anjungan, para delegasi disambut among tamu yang memakai pakaian adat. Misalnya di anjungan Sumbar, among tamu tampak memakai baju tradisional Minang yang dilengkapi dengan aksesoris berornamen emas dan hiasan kepala yang persis seperti rumah gadang.
"Tujuannya delegasi dibawa ke Taman Mini, karena TMII mempresentasikan Indonesia secara lebih kecil secara miniatur. Karena mereka kan tidak sempat melakukan kunjungan ke seluruh Indonesia dari Aceh hingga Papua,” kata Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Putu Supadma Rudana.
Selain ke anjungan daerah-daerah, delegasi AIPA pun diajak untuk melihat aneka satwa unggas Indonesia di Taman Wisata Istana Burung yang ada di TMII. Anggota delegasi yang ikut tampak antusias melihat langsung satwa-satwa di Istana Burung seperti merak, beo putih, enggang, elang, dan jalak bali.
Koleksi yang ada di Istana Burung TMII merupakan yang terlengkap di Indonesia karena terdiri atas 175 jenis burung dan unggas dengan jumlah mencapai ribuan ekor. Baik yang berasal dari Indonesia bagian barat maupun Indonesia bagian timur.
Usai menikmati ragam budaya dan keindahan satwa Indonesia, delegasi AIPA kemudian mendapatkan jamuan makan siang di Restoran Bantu Murung yang ada di sekitar kompleks TMII. Di restoran ini, delegasi dijamu dengan makanan khas Indonesia mulai dari Telor Balado, Rendang Padang hingga Es Selendang Mayang.
Menurut Putu, kunjungan ke TMII akan memberikan pengalaman luar biasa bagi delegasi AIPA yang belum tentu didapatkan di negara lain.
BACA JUGA:
Setelah santap siang, delegasi AIPA lalu melanjutkan berkeliling di TMII. Di anjungan Papua, lagi-lagi para anggota delegasi dibuat kagum oleh kekayaan budaya Indonesia. Setelah melihat budaya dari barat Indonesia, mereka tertegun akan indahnya budaya dari Timur Indonesia.
Sejumlah delegasi bahkan tampak terpukau melihat Honai, rumah tradisional masyarakat Papua yang biasanya terbuat dari struktur kayu dengan atap jerami. Rumah Honai banyak ditemukan di lembah dan pegunungan di Papua.
Di anjungan Papua, delegasi juga disuguhi dengan pertunjukan tarian yang berasal dari Papua yakni Tari Perang atau Tari Falabea. Anjungan Papua merupakan lokasi terakhir yang dikunjungi para delegasi AIPA.
Selanjutnya mereka berkumpul kembali di Rumah Wisata Keong Mas untuk kembali ke hotel dan melanjutkan pulang ke negaranya masing-masing. Salah satu delegasi menyatakan TMII sudah cukup merepresentasikan Indonesia dan membuat kenangan indah bagi setiap pengunjung.
"This is great, I wish my country had something like this. I will miss coming here again," ucap salah seorang anggota delegasi Kamboja.
Sementara itu, anggota delegasi Kuba menyanjung masakan yang disajikan di Restoran Bantu Murung. Menurutnya, masakan Indonesia memiliki cita rasa yang menarik dan tidak pernah ia rasakan di negaranya.
"The food is a little bit spicy but i like the dessert," ungkap perempuan tersebut.