Bagikan:

JAKARTA - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) meminta masyarakat masih harus mewaspadai guguran lava dan awan panas usai erupsi Gunung Merapi.

Hal ini berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental aktivitas Gunung Merapi pada tanggal 22 hingga 27 Januari.

"Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor Selatan-Barat Daya meliputi sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer," kata Kepala BPPTKG, Hanik Humaida dalam keterangannya, Jumat 29 Januari.

Kemudian, masih ada kemungkinan lontaran material vulkanik yang terjadi bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.

Hanik menuturkan, dalam satu minggu ini, guguran lava pijar teramati sebanyak 230 kali dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter arah barat daya ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong. 

Awan panas guguran terjadi sebanyak 71 kali dengan jarak luncur maksimal 3.500 meter arah Kali Boyong dan terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimal 70 mm dan durasi 240 detik.

"Pada tanggal 25 Januari 2021, volume kubah lava 2021 terukur sebesar 157.000 m3. Kemudian pada tanggal 28 Januari 2021 berkurang menjadi 62.000 m3 terutama akibat aktivitas guguran dan awanpanas yang terjadi pada tanggal 26 dan 27 Januari 2021," jelasnya.

Sebelumnya, Gunung Merapi kembali mengalami erupsi pada Rabu, 27 Januari 2021. Awan panas guguran Gunung Merapi terjadi pada pukul 10.13 WIB dan terekam di seismogram dengan amplitudo 69 mm dan durasi 175 detik.

Saat ini, aktivitas vulkanik G. Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat "siaga".