JAKARTA - Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan potensi air di Indonesia cukup tinggi yakni sebesar 2,7 triliun meter kubik/tahun. Dari volume tersebut, lanjutnya, air yang bisa dimanfaatkan sebesar 691 miliar meter kubik/tahun dan sudah dimanfaatkan 222 miliar meter kubik/tahun untuk berbagai keperluan seperti rumah tangga, peternakan, perikanan dan irigasi.
"Namun, potensi sebesar itu, keberadaannya tidak sesuai dengan ruang dan waktu, sehingga kita membutuhkan tampungan-tampungan air. Dengan begitu pada saat musim hujan air ditampung untuk dimanfaatkan musim kemarau. Itulah gunanya bendungan dan embung/setu untuk penampungan air," kata Basuki dalam keterangan yang dikutip Kamis 20 Februari.
Delapan bendungan itu yakni Paselloreng, Sulawesi Selatan; Ladongi, Sulawesi Tenggara; Tapin, Kalimantan Selatan; Way Sekampung, Lampung; Kuningan, Jawa Barat; dan tiga bendungan di Jawa Timur yakni Bendo, Ponorogo; Tukul, Pacitan; dan Gongseng, Bojonegoro.
Dengan selesainya delapan bendungan tersebut, maka akan menambah jumlah tampungan air sebesar 408,89 juta meter kubik. Bendungan pertama yang telah rampung 100 persen konstruksinya, yakni Paselloreng.
Bendungan ini memiliki luas genangan 1.892 hektare dengan kapasitas tampung 138 juta meter kubik untuk mengairi 8.510 hektare sawah. Pembangunannya dikerjakan PT Wijaya Karya-PT Bumi Karsa, KSO (Kerja Sama Operasi) dengan biaya Rp753,4 miliar.
BACA JUGA:
Sementara, progres fisik Bendungan Tukul dengan daya tampung 8,68 juta meter kubik untuk menyuplai irigasi seluas 600 hektare dan air baku 300 liter per detik sudah 76,2 persen. Pembangunan Bendungan Tukul dimulai pada 2013 hingga 2020 dengan kontraktor PT Brantas Abipraya sebesar Rp904 miliar.
Sedangkan, Bendungan Gongseng yang dibangun mulai 2013 hingga 2020 memiliki kapasitas tampungan 22,43 juta meter kubik. Saat ini, progres konstruksinya 76,03 persen.
Selanjutnya Bendungan Bendo dengan kapasitas 43,11 juta meter kubik air saat ini progres fisiknya sudah sebesar 70,97 persen. Pembangunan Bendungan Bendo dikerjakan oleh PT. Wijaya Karya, PT Hutama Karya dan PT. Nindya Karya (KSO) dengan biaya total sebesar Rp1,080 triliun.
Untuk Bendungan Ladongi dimulai pembangunannya pada 2016 dengan kapasitas tampung 45,94 juta meter kubik dan akan mengairi areal sawah irigasi seluas 3.604 hektar. Saat ini progres fisiknya sudah 71,22 persen.
Sementara, Bendungan Tapin yang memiliki kapasitas tampung 56,77 meter kubik, progres pembangunannya sudah mencapai 95 persen. Dengan selesainya pembangunan bendungan ini berpotensi memberikan layanan irigasi di Kabupaten Tapin sebesar 5.472 hektar.
Bendungan Way Sekampung dengan kapasitas tampung 68 juta meter kubik yang akan dimanfaatkan untuk penyediaan air irigasi DI Sekampung seluas 55.373 hektar dan menambah areal irigasi DI Rumbia Extension seluas 17.334 hektare. Saat ini progres fisiknya sudah sebesar 84,50 persen.
Serta, Bendungan Kuningan seluas 221 hektare yang membendung Sungai Cikaro akan memiliki volume tampung total sebesar 25,96 juta meter kubik, yang akan menjadi sumber pengairan irigasi seluas 3.000 hektar sawah di dua daerah irigasi (DI) yakni Cileuweung, Kabupaten Kuningan seluas 1.000 hektar dan Jangkelok, Kabupaten Brebes seluas 2.000 hektar. Saat ini progres fisiknya mencapai 97,5 persen.