MATARAM - Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di kawasan wisata Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) terbakar.
Ketua Gili Hotel Association (GHA) Lalu Kusnawan membenarkan peristiwa kebakaran yang menimpa TPST di kawasan wisata andalan NTB itu.
"Iya benar terbakar sekitar pukul 16.00 WITA," katanya dilansir ANTARA, Jumat, 21 Juli.
Dia mengungkapkan kebakaran itu menghanguskan sampah yang ada di dalamnya karena banyak barang mudah terbakar. Namun, belum diketahui apa penyebab pasti kebakaran itu.
"Kalau penyebabnya kita belum tahu, karena saat kebakaran angin juga sedang kencang," katanya.
Menurut dia saat kebakaran api ditangani petugas pemadam kebakaran dibantu warga dan petugas lainnya.
"Saat ini sudah bisa dipadamkan," katanya.
Namun demikian, untuk mencegah peristiwa kebakaran terulang kembali pihaknya menyarankan agar pemerintah daerah untuk bisa mengambil alih pengelolaan sampah di kawasan itu.
Tidak hanya itu pipa hidran, peralatan pemadam kebakaran, termasuk penambahan personil kebakaran juga perlu menjadi perhatian pemerintah daerah.
"Saat ini kita secara fakta pengelolaan sampah ditangani pihak swasta tidak ditangani oleh pemerintah. Bangunan TPST juga belum berjalan sehingga penghancuran sampah tidak bisa," katanya.
"Ini saja kondisi sekarang 15 ton per hari sampah yang dihasilkan di Gili Trawangan. Karena ini tempat wisata internasional jadi peran pemerintah penting," tambahnya.
BACA JUGA:
Sementara itu saat dihubungi terpisah Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Lombok Utara, Suhardi mengatakan pada Jumat malam kondisi api di TPST sudah padam semenjak terbakar pada pukul 16.00 WITA.
"Sudah padam sekarang tinggal asap saja. Padamnya sekitar menjelang Maghrib," ujarnya.
Pihaknya menerjunkan empat anggota yang memang sehari-hari bertugas di tempat itu, selain ada bantuan di darat juga ikut memadamkan api. Namun dalam kondisi ini tidak ada korban jiwa.
Khusus di Gili Trawangan, kata dia, sudah ada kendaraan roda tiga untuk memadamkan api dan juga alat semprot. Hanya saja tidak ada pipa hidran di kawasan wisata itu.
Dia menyesalkan tidak adanya hidran di tempat itu, meski sebenarnya pihaknya sempat akan memasang pipa hidran, namun mendapat penolakan oleh salah satu perusahaan penyedia air di sana.
"Kemarin kita mau pasang hidran malah dicabut padahal kita mau pasang dua dari enam hidran yang direncanakan dan terkait persoalan penolakan ini sudah kami sampaikan ke Bupati," ujar Suhardi.