Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin segera mendeteksi seluruh masyarakat Indonesia yang menderita tuberkulosis (TBC).

“Bapak Presiden memberikan arahan, yang nomor satu saya mesti kerja sama dengan Pak Mendagri dan Menteri Desa untuk memastikan bahwa deteksi dari seluruh rakyat yang kemungkinan kena tuberkulosis itu harus segera dilakukan, kalau bisa secepat-cepatnya,” ujar Menkes Budi Gundai usai mengikuti rapat terbatas percepatan eliminasi tuberkulosis di Istana Kepresidenan Jakarta dilansir ANTARA, Selasa, 18 Juli.

Menkes mengatakan berdasarkan estimasi terdapat 969.000 penderita TBC di Indonesia setiap tahun.

Sebelumnya dari jumlah tersebut, penderita yang bisa teridentifikasi hanya sebesar 545.000, sementara sisanya lebih dari 400.000 tidak terdeteksi. Namun dengan agresivitas dari program pemerintah untuk mencegah dan menangani TBC, terdapat peningkatan deteksi penderita TBC menjadi 720.000.

“Kita harapkan sampai 2024 nanti 90 persen dari estimasi yang 969.000 bisa ketemu atau bisa terdeteksi,” ujarnya.

Dia mengungkapkan salah satu persoalan terkait penanganan TBC adalah penderita yang tidak disiplin meminum obat sesuai jangka waktu yang dianjurkan.

“Obatnya itu minimal enam bulan mesti dia minum. Pilnya banyak antara lima sampai tujuh pil. Jadi orang malas nggak disiplin minum obat sampai selesai. Kalau dia nggak disiplin sampai selesai, karena ini antibiotik, nanti dia bisa jadi resisten, ini lebih susah lagi. Obatnya bisa sampai 20 bulan, dia (harus) minum terus,” kata Menkes Budi.

Untuk mengatasi hal itu pemerintah akan menggerakkan komponen masyarakat guna membantu menyosialisasikan ketentuan meminum obat TBC.

Menkes juga secara langsung memohon kesediaan Presiden Jokowi untuk bisa meng-endorse atau mendukung anjuran minum obat TBC kepada masyarakat.

Saat ini ada tiga potensi vaksin TBC baru yang segera didatangkan sebagai bentuk pencegahan TBC yakni Vaksin TB protein rekombinan dari Bill and Melinda Gates Foundation (BMGF) dan dua kandidat vaksin lain yang sedang dikaji pemerintah yakni mRNA (BioNTech - Biofarma) dan viral vector (CanSino - Etana).

Menurutnya vaksin mRNA lebih cepat layaknya vaksin Pfizer dan Moderna dalam penanganan COVID-19.