CIANJUR - Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, meminta peemerintah pusat membantu percepatan pembangunan sekolah yang rusak akibat gempa di sejumlah kecamatan yang tidak masuk prioritas agar proses belajar mengajar di awal tahun 2024 tidak lagi di dalam tenda.
Bupati Cianjur Herman Suherman di Cianjur Sabtu, mengatakan saat ini baru 24 sekolah yang sudah tuntas dibangun Kementerian PUPR dengan rincian 1 Sekolah Menengah Pertama dan 23 Sekolah Dasar, sedangkan sisanya sekitar 110 sekolah masih dalam proses dan dalam tahap pengajuan.
"Kami meminta bantuan dari Pemerintah Pusat untuk dapat membantu pembangunan sekolah yang tidak masuk dalam prioritas karena keterbatasan APBD Cianjur, kami sudah berkoordinasi dengan BNPB dalam pengajuan ke Pusat," katanya.
Tercatat hingga saat ini, lebih dari 80 sekolah yang rusak akibat gempa tidak mendapat prioritas pembangunan dan diserahkan ke Pemkab Cianjur.
Namun anggaran dimiliki sangat terbatas dan sudah digunakan untuk perbaikan ruang kelas yang rusak bukan karena gempa.
Pihaknya berharap permintaan tersebut dapat dikabulkan pemerintah pusat agar proses belajar mengajar di awal tahun 2024 sudah tidak dilakukan di dalam tenda, namun sudah di dalam kelas, layaknya di sekolah lain.
"Harapan kami awal tahun depan sudah tidak ada siswa yang belajar di dalam tenda, sehingga mereka dapat menjalani proses belajar mengajar dengan tenang dan nyaman," katanya.
BACA JUGA:
Kepala Sekolah Dasar Negeri Panjaweuyan, Ani Muharyani, berharap delapan ruang kelas dan ruang guru yang rusak akibat gempa dapat segera diperbaiki, namun hingga saat ini, pihaknya belum mendapat kepastian sehingga proses ujian akhir semester dilakukan di dalam tenda.
"Harapan kami segera dibangun karena saat ini kerusakan sekolah bertambah parah terlebih setelah gempa susulan yang cukup kencang beberapa waktu lalu. Karena belum ada kepastian kemungkinan tahun ajaran baru siswa masih belajar di dalam tenda," katanya.