Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Sekum MUI), Amirsyah Tambunan menyebut perbedaan waktu Hari Raya Iduladha pada 28 Juni dan 29 Juni justru menjadi kesempatan untuk saling menghargai perbedaan.

Amirsyah mengatakan, Hari Raya Iduladha kali ini sudah sepatutnya dimaknai sebagai bagian dari momentum kesyukuran terhadap bangsa dan negara yang saat ini menyelenggarakan Iduladha pada tanggal 28 Juni dan 29 Juni.

"Momentum Iduladha kali ini kita memaknai dengan saling menghargai dan menghormati perbedaan. Kalau tidak ada perbedaan, tidak muncul pertanyaan bagaimana menyikapi (perbedaan)," kata Amirsyah dikutip Antara, Rabu, 28 Juni.

Ia menjelaskan, melalui perbedaan hari raya ini, muncullah satu penegasan untuk saling menghargai dan menghormati. Tujuannya untuk kita bersama sama memperoleh ada hikmah di dua perbedaan.

"Satu di antaranya karena tidak bersamaan Iduladha, maka masyarakat bisa melihat, ini lo pilihan Iduladha tanggal 28 Juni, ini Iduladha tanggal 29 Juni," ungkap dia menjelaskan.

Selain itu, ia juga berharap momentum Iduladha ini bagi saudara-saudara kita yang beribadah haji agar selalu melahirkan banyak kebaikan takbir, artinya kebaikan dengan santun, kebaikan yang bersifat sosial, peduli sesama, saling menolong saling membantu.

Terkait penyembelihan kurban yang diadakan besok (29/6), ia menyarankan agar dilakukan di rumah pemotongan hewan (RPH).

"Penyembelihan ini penting, dan sekarang juga sudah teknologi penyembelihan sudah sangat canggih. Saya juga menyarankan penyembelihan kurban itu di RPH. Kenapa, karena dengan di rumah potong hewan itu bisa lebih higienis, lebih tertib," ungkap dia.

Ia melanjutkan memang tidak ada salahnya kalau dilakukan di lingkungan masjid, tetapi dengan catatan pentingnya menjaga ketertiban kebersihan dan kedamaian supaya tidak mengganggu lingkungan sekitar.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM), sekaligus Ketua Harian Masjid Raya Al Isra, Rifki Maulana memperkirakan jumlah jemaah Shalat Iduladha yang hadir di Masjid Raya Al Isra sekitar 3.500 jemaah, mulai yang menempati bagian dalam masjid, hingga halaman.

"Kurang lebih hampir sama jumlahnya dengan perayaan Shalat Iduladha tahun lalu. Kebanyakan jemaah berasal dari Kecamatan Grogol Petamburan, Kecamatan Kebon Jeruk, dan Kecamatan Palmerah," jelas dia.

Hingga kini, pihaknya menerima hewan kurban sebanyak dua belas ekor sapi dan delapan ekor kambing.

Jumlah tersebut, katanya, bisa bertambah hingga malam takbiran.

"Kalau dari sisi jumlah Alhamdulillah terjadi peningkatan. Tahun lalu itu kita hanya sebelas sapi dan kurang lebih sepuluh kambing," ungkap dia.

Ia mengatakan, perbedaan Iduladha ini jangan kemudian dijadikan sebagai alasan untuk kita berpecah, tetapi jadikan alasan kita untuk bersatu.

"Bahwa bagaimanapun segala sesuatu perbedaan itu dimungkinkan dalam Islam apalagi kalau persoalan-persoalan ijtihad seperti ini. Makanya harus dimaknai dalam persatuan," ungkap dia.