CIANJUR - Polres Cianjur bersama Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,, memberikan pendampingan khusus bagi korban sodomi agar tidak menjadi pelaku yang sama di kemudian hari.
Ketua Harian P2TP2A Cianjur Lidya Umar mengatakan korban sodomi jika dibiarkan akan menjadi pelaku yang sama atau predator seks di kemudian hari karena trauma yang dialami tidak diobati sampai tuntas.
"Korban sodomi harus segera menjalani pendampingan dan pengobatan dari trauma yang dialaminya sampai sembuh 90 persen agar tidak menjadi pelaku di kemudian hari," katanya dikutip ANTARA, Rabu 7 Juni.
Seperti kasus yang menimpa anak laki-laki berusia enam tahun di Kecamatan Cibeber, kata dia, pihaknya segera memberikan tahapan terapi dengan cara korban diberi pengobatan psikologis untuk menghilangkan trauma dan memulihkan kembali kehidupannya seperti semula.
Namun yang terpenting ungkap Lidya, lingkungan tempat tinggal korban harus mendukung penyembuhan dengan tidak mengungkit kejadian yang dialami korban, sehingga pihaknya juga akan turun langsung ke lingkungan tempat tinggal korban agar warga dapat membantu menghilangkan trauma korban.
"Warga di lingkungan tempat tinggal korban diminta untuk tidak lagi mengungkit kejadian yang menimpanya, termasuk tidak menjadikan korban sebagai objek perundungan di mata teman seusia dan warga sekitar," katanya.
Kapolres Cianjur AKBP Aszhari Kurniawan, mengatakan pihaknya akan menurunkan tim khusus untuk memberikan pendampingan dan pengobatan psikologis terhadap korban sodomi hingga pulih seperti semula dan tidak menjadi predator di kemudian hari.
BACA JUGA:
"Kami akan melakukan pendampingan dan pengobatan bekerja sama dengan dinas dan instansi terkait hingga korban sembuh dari traumanya, sehingga dapat menjalani hidup normal kembali," katanya.
Pihaknya meminta warga terutama orang tua untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap anak saat bermain di lingkungan tempat tinggal sekalipun karena predator seks biasanya orang yang dikenal dan dekat dengan korban.