Bagikan:

JAKARTA - Jemaah calon haji Indonesia gelombang pertama diagendakan terakhir masuk Madinah pada 8 Juni 2023.

Kloter 37 Embarkasi Jakarta Bekasi dijadwalkan jadi kloter terakhir yang tiba di Madinah melalui Bandara Amir Mohammad bin Abdul Azis (AMAA) Madinah, Arab Saudi. Kloter 37 mengangkut 374 peserta ibadah haji.

Sementara gelombang kedua, jemaah calon haji Indonesia akan mendarat di Bandara King Abdul Aziz (KAA), Jeddah, untuk kemudian langsung ke Makkah.

Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu pada Senin 5 Juni, tercatat dari total 548 kloter jemaah calon haji yang diberangkatkan dari Tanah Air, sebanyak 264 kloter di antaranya merupakan gelombang satu yakni yang singgah dahulu di Madinah.

Untuk kelancaran dan kenyamanan jemaah, Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag Saiful Mujab meminta maskapai penerbangan serius dan lebih kooperatif.

“Maskapai, baik Saudia Airlines maupun Garuda Indonesia, harus lebih kooperatif dalam menginformasikan setiap perubahan atau keterlambatan penerbangan. Maskapai juga harus lebih solutif,” kata Saiful di Jakarta, Senin 5 Juni, disitat Antara.

Tingkat perubahan dan keterlambatan jadwal penerbangan jamaah haji Indonesia tahun 2023 sudah cukup tinggi, angkanya lebih dari 15 kali keterlambatan atau perubahan jadwal.

“Masing-masing maskapai yang menempatkan perwakilannya di asrama haji, tidak hanya untuk menyiapkan jadwal, namun juga untuk menjelaskan dan meminta maaf ke jamaah bila ada perubahan jadwal penerbangan sebab, jadwal yang disepakati sebelumnya sudah disosialisasikan ke jamaah,” katanya.

“Saya minta hal ini menjadi perhatian serius bagi pihak maskapai agar keterlambatan tidak terus terjadi. Apa yang menjadi kesepakatan kontrak harus dipenuhi,” sambungnya.

Saiful mengingatkan maskapai bahwa perubahan jadwal penerbangan mengakibatkan efek domino yang mengganggu pemenuhan layanan kepada jemaah, baik di asrama haji, maupun di Madinah dan Makkah, karena hal itu berkaitan dengan masa tinggal jamaah, kapasitas, dan rotasi jamaah di asrama haji.

Terlebih lagi layanan di Arab Saudi yang telah dikontrak untuk melayani jamaah haji sesuai jadwal, menjadi tidak efisien.

“Kami harap potensi perubahan jadwal bisa diminimalisir. Jika ada perubahan jadwal, dalam kontrak sudah disebutkan bahwa pemberitahuan minimal 2x24 jam sebelum keberangkatan. Jangan mendadak atau bahkan baru diberitahukan setelah terjadi,” kata Saiful.

“Saya minta komitmen maskapai, baik Saudia Airlines maupun Garuda Indonesia, terhadap kesepakatan yang sudah tertuang dalam kontrak,” tandasnya.