Bagikan:

BOGOR - Kementerian Sosial (Kemensos) menggandeng Perguruan Tinggi IPB untuk pemberdayaan masyarakat di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Diharapkan masyarakat di daerah-daerah terisolir itu bisa mandiri dan meningkatkan daya ekonomi.

Hal itu dikatakan Mensos Tri Rismaharini di Kampus IPB University, Dramaga, Bogor, Rabu 17 Mei. Kata dia, pemberdayaan masyarakat di daerah 3T itu sangat penting untuk meningkatkan sumber daya manusianya.

"Mereka tidak akan keluar dari kemiskinan kalau hanya bergantung pada bantuan sosial (bansos). Karena itu, kami coba apa yang mereka bisa berdayakan untuk meningkatkan kesejahteraanya," kata Risma.

Untuk itu, lanjutnya, untuk menambah keterampilan masyarakat di daerah-daerah terisolir itu, Kemensos menggandeng IPB untuk memberikan pendampingan agar bisa memberdayakan masyarakat.

"Tidak hanya pendampingan, tapi juga dengan inovasi-inovasi IPB. Misal di daerah ini cocoknya tanam apa, kita berikan. Di daerah sini cocoknya tanam apa, diberikan inovasinya," jelas Risma.

Risma mencontohkan, daerah terluar Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua yang tidak pernah bercocok tanam padi dan jagung. Dengan metode dan inovasi IPB akhirnya bisa bercocok tanam padi dan jagung.

"Teknologi dan inovasi IPB ini, sangat membantu kami di lapangan untuk mengentaskan kemiskinan," katanya.

Ada juga Kemensos bersama IPB membuat kompor untuk masyarakat di pedalaman hutan Aceh Timur dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit. Dengan begitu, masyarakat di sana saat ini sudah bisa meningkatkan daya ekonominya.

"Jika ingin meningkatkan kesejahteraan mereka, kita harus meningkatkan income mereka dan mengurangi pengeluarannya. Kita juga mengajarkan mereka bagaimana mengelola pertanian tepat guna," jelas Risma.

Rektor IPB Arif Satria menambahkan pemberdayaan masyarakat di daerah 3T melibatkan para dosen, mahasiswa, alumni, juga kampus-kampus lokal di daerah terdekat.

"Jadi kami bersama-sama Kemensos mensupport dalam berbagai program kemiskinan dan ke depan kami akan melibatkan perguruan-perguruan tinggi lokal," paparnya.

Perguruan IPB, lanjut Satria, telah berperan di 4.200 desa di Indonesia atau 5,7 persen desa di Indonesia sudah di sentuh oleh IPB.

"Semoga dengan Kemensos, IPB lebih bisa menyentuh desa-desa yang tertinggal dengan ilmu dan inovasi dari IPB," tambah Arif.