Bagikan:

JAKARTA - Berita soal orang tewas karena menenggak minuman beralkohol ilegal atau oplosan  santer terdengar. Jumlah korban berjatuhan akibat hal itu cenderung meningkat dari tahun 2017. Anehnya, masih ada orang yang tetap nekat mengonsumsinya. Pertanyaannya kenapa? apa yang membuat mereka nekat?

Kabar kematian karena miras oplosan yang terkini baru saja terjadi kemarin (11/2). Seperti diwartakan era.id, dua pemuda warga Ciracas, Jakarta Timur tewas usai menenggak miras oplosan jenis gingseng. Sebelumnya korban sempat dirawat di RSUD Kecamatan Ciracas. Sial, nyawanya tidak tertolong.

Kabarnya mereka mendapatkan minuman itu dari seorang pedagang yang berkedok tukang jamu. Polisi pun masih mendalami kasus miras oplosan tersebut.

Kejadian serupa yang lebih menggembarkan banyak orang terjadi dua tahun lalu pada April 2018. Saat itu, 44 orang dikabarkan tewas karena terlalu banyak menenggak minuman keras oplosan di Cicalengka Kabupaten Bandung.

Tak habis pikir rasanya melihat banyak korban begitu nekatnya untuk menenggak miras oplosan. Bahkan ketika ada beberapa orang yang bisa selamat dari miras oplosan, mereka justru tidak jera dan kembali mengulangi perbuatannya. 

"Katanya minum lagi. Padahal sudah selamat. Enggak nyangka meninggal, pas pagi sempat ngbrol, ngobrolin temannya yang terlebih dahulu meninggal," kata Dafa (18) dalam wawancara detikcom.

Seperti dipaparkan Hizkia Respatiadi dan Sugianto Tandra dalam "Memerangi Alkohol Ilegal: Prioritas Kebijakan di Bandung, Jawa Barat" pada tahun 2018. Bila dibandingkan minuman beralkohol legal yang ada di pasaran, minuman keras ilegal atau oplosan jauh lebih berbahaya.

Kandungan alkohol dan metanol di dalamnya dapat memberikan efek buruk bila dikonsumsi manusia. Metanol memiliki aroma yang sama dengan etanol atau etil alkohol yang diproduksi untuk konsumsi manusia. Bedanya metanol sangat beracun dan dapat mengakibatkan kejang-kejang, kerusakan organ tubuh, dan kematian.

"Metanol digunakan dalam oplosan karena harganya lebih murah dibanding etanol dan dianggap lebih ampuh dan cepat untuk memabukkan penggunanya, sehingga hanya dengan jumlah kecil sudah cukup untuk mabuk," tulis Respatiadi dan Tandra.

Angka Kematian karena miras oplosan meningkat

Menurut data penelitian Center for Indonesian Policy Studies atau CIPS(2018) total jumlah orang yang mati karena miras oplosan dari tahun 2008 sampai 2018 mencapai 840 orang. Sementara dari tahun ke tahun data orang tewas karena miras oplosan memang cenderung naik.

Pada 2015 saja tercatat korban tewas sebanyak 131 orang, lalu pada 2016 meningkat menjadi 160 orang. Pada 2017 angkanya memang sempat menurun menjadi 48 orang. Namun tahun berikutnya korban tewas kembali bertambah menjadi 97 orang.

Masih menurut data riset CIPS alasan yang mendorong mereka melakukan hal itu adalah mayoritas karena pertimbangan ekonomi. Sebanyak 49 persen mengaku termotivasi mengonsumsi minuman beralkohol ilegal atau oplosan karena harganya lebih murah. Sementara 21 persen mengaku minuman itu juga mudah didapatkan di warung-warung terdekat.

Kenapa mereka nekat?

Ada alasan yang lebih fundamental kenapa banyak orang menggemari alkohol. Menurut Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah Tantan Hermansyah hal itu disebabkan karena lingkungan, ajakan, dan kebiasaan.

Bagi banyak orang mengonsumsi minuman beralkohol sudah menjadi kebiasaan bahkan gaya hidup. Menurut Tantan, mereka yang gemar mengonsumsi alkohol bisa diklasifikasin berdasarkan banyak hal salah satunya kemampuan ekonomi.

"Mereka yang punya uang cukup, tempat dan jenis alkoholnya berbeda dengan yang ekonominya biasa," kata Tantan kepada VOI lewat WhatsApp.

Maka dari itu, mereka yang berada pada klasifikasi ekonomi biasa ini yang punya berisiko besar. Pasalnya mereka mayoritas yang mengonsumsi miras oplosan adalah pemuda dari kelas menengah kebawah. Mereka sampai berani bertaruh nyawa untuk mendapatkan kenikmatan versi mereka dengan mengonsumsi miras oplosan.

Tantan menjelaskan kenapa hal tersebut bisa terjadi. Menurutnya ada orang-orang yang mencari jati diri dan eksistensi melalui cara-cara menunjukkan hal-hal yang sebagian orang tidak akan berani melakukkanya.

"Menurut mereka ini, dengan menunjukkan keberanian membuat oplosan minuman keras, maka keberanian akan muncul," imbuh Tantan.

Oleh karena itu, menurut Tantan untuk menyadarkan orang dari dampak buruk akibat perilaku itu, nilai-nilai sosial dan agamalah yang punya peran penting. "Nilai-nilai sosial dan agama menyadarkan bahwa ada dampak buruk pada perilaku seperti itu," pungkasnya.