JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang PS Brodjonegoro meminta agar industri yang terlibat pembuatan alat deteksi atau skrining cepat GeNose harus memperhatikan kualitas produk terjaga dengan baik.
Bambang mengatakan hal ini sejalan dengan telah diberikannya izin edar Kemenkes dengan No. KEMENKES RI AKD 20401022883 kepada GeNose C19 pada 24 Desember 2020. Alat ini digunakan sebagai upaya membantu pemerintah dalam penanganan COVID-19 melalui deteksi cepat.
GeNose adalah alat skrining cepat sebagai komplemen tes PCR untuk mendeteksi COVID-19. Namun penggunaannya belum dapat menggantikan fungsi PCR yang menjadi gold standard , disebabkan fungsinya untuk skrining cepat berbeda dengan tes antigen atau swab yang berfungsi untuk mendeteksi COVID-19.
"Mohon pada industri yang terlibat untuk benar-benar menjaga kualitas dari produk yang nantinya akan didistribusikan ke masyarakat. Mengingat akurasi dari alat ini akan sangat menentukan keberhasilan program 3T," tutur Bambang dalam webinar, Jumat, 15 Januari.
Tak hanya itu, kata Bambang, keberhasilan alat ini dalam melakukan skrining cepat untuk mendeteksi masyarakat yang terpapar COVID-19, juga akan menentukan keberhasilan untuk menggerakan roda kegiatan perekonomian.
"Jadi jangan sampai alat tersebut entah karena kesalahan dari produksi atau kesalahan dalam pemeliharaan kemudian memberikan hasil analisa yang salah," katanya.
Menurut Bambang, Kemenristek Brin berharap GeNose benar-benar dipakai untuk melakukan skrining awal COVID-19 dan juga dapat bermanfaat bagi masyarakat. Karena itu, kata dia, dukunga dari fakultas kedoketeran maupun profesi dokter sangat diperlukan.
BACA JUGA:
"Nantinya masyarakat awal yang nantinya memakai alat ini akan melakukan referensi kepada bapak ibu sekalian. Pertanyaan simpelnya, pasti apakah alat ini layak dipakai? Apakah alat ini cocok dipakai? Ini yang akan sangat menentukan keberhasilan GeNose sebagai produk yang dibutuhkan masyarakat," jelasnya.
Bambang mengatakan, suatu produk untuk dapat diterima di masyarakat harus menjalani beberapa tahapan uji. Selain uji klinis dan validasi adalah uji kelayakan di masyarakat.
"Masyarakat yang nantinya akan menentukan apakah produk tersebut bermanfaat dan benar-benar dibutuhkan atau tidak," tuturnya.