BABEL - Bupati Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Algafry Rahman mendorong nelayan membudidayakan kepiting bakau dengan sistem "crab box apartement", sebagai solusi dalam menghadapi masa paceklik.
"Pembudidayaan kepiting bakau sistem crab box apartement ini sudah mulai kita kembangkan dalam beberapa tahun terakhir dan ini solusi bagi nelayan saat terjadi masa paceklik, di mana nelayan tidak bisa melaut karena cuaca ekstrem," kata Algafry Rahman di Koba, Sabtu.
Ia menjelaskan, pembudidayaan kepiting bakau sistem crab box apartement merupakan budi daya sistem akuakultur vertikal dalam ruangan yang menggunakan air daur ulang untuk pembesaran dan kepiting cangkang lunak (soka).
Apartemen kepiting, kata Bupati, dapat digunakan untuk peternakan atau memperpanjang hidup kepiting untuk keperluan rumah makan atau penggemukan kepiting /kepiting cangkang lunak (soka) untuk tujuan budi daya jangka pendek maupun jangka panjang.
"Budi daya ini menjadi solusi efektif dalam membangun perekonomian masyarakat, terutama pemberdayaan masyarakat pesisir," ujarnya dilansir ANTARA, Sabtu, 8 April.
Musim paceklik ini terjadi selama enam bulan dalam setahun, sehingga membuat nelayan tidak bisa melakukan aktivitas normal melaut.
"Dengan adanya crab box ini menjadi solusi yang kita tawarkan dan kalau panen, ukuran kepiting bakau ini mampu meningkat seberat 5 hingga 6 ons dengan harga Rp100.000 per kilogram," ujarnya.
Tentu saja, kata bupati, pembudidayaan kepiting bakau memiliki prospek ekonomi karena waktu pembudidayaannya tidak memakan waktu lama dan harganya juga lumayan mahal.
"Program ini akan terus kita kembangkan untuk membantu masyarakat pesisir dan saat ini sudah ada nelayan binaan pemerintah yang sudah berhasil membudidayakan kepiting bakau di Desa Kurau Barat," katanya.
BACA JUGA:
Pembudi daya kepiting bakau, Bujang, mengaku tidak mengalami kesulitan dalam membudidayakan kepiting bakau karena sudah mengetahui cara dalam memelihara kepiting dalam crab box.
"Tidak ada kendala dan tingkat kematian kepiting juga sudah berkurang, karena kita sudah tahu apa yang menjadi permasalahan kalau kepiting ini mati," ujarnya.
Ia mengatakan, permintaan pasar terhadap kepiting bakau cukup tinggi terutama pengusaha restoran dan perhotelan namun dirinya belum mampu memenuhi karena permintaan mereka dalam skala besar.
"Mereka butuh dalam jumlah besar yaitu 50 kilogram per hari, sedangkan kita belum sanggup karena crab box kita masih minim," jelas Bujang.