SULBAR - Tokoh agama dan tokoh masyarakat dilibatkan dalam penanganan program pencegahan stunting di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) melalui sebuah Program.
"Program yang dilaksanakan Dinkes Sulbar merupakan program peningkatan pelayanan kesehatan untuk mencegah stunting," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulbar, Asran Masdi, mengutip Antara, Rabu, 22 Maret.
Ia mengatakan program tersebut dilaksanakan dengan melibatkan lintas sektor yakni tokoh agama dan tokoh masyarakat maupun TNI dan Polri, serta pemuda dan kaum perempuan.
"Para tokoh agama dan tokoh masyarakat diberikan penyuluhan dan pelatihan agar mengajak masyarakat hidup sehat serta mengkonsumsi gizi yang baik agar tidak mengalami stunting," katanya.
Selain itu mereka diminta untuk menyampaikan pesan moral kepada masyarakat untuk mencegah pernikahan dini yang dinilai memicu terjadinya stunting. Ia mengatakan program tersebut dilaksanakan pada 2022 dan kembali dilanjutkan pada 2023.
"Agar Sulbar merdeka dari stunting, sehingga program tersebut dilaksanakan dengan kolaborasi melibatkan banyak pihak," katanya.
Dengan program tersebut, dianggap sebagai upaya terobosan yang terstruktur, sistematis dan masif dari pemerintah untuk menekan angka stunting dengan melaksanakan program pelayanan kesehatan gizi ibu dan anak, maupun penanggulangan penyakit menular.
Pelayanan kesehatan gizi ibu dan anak berkelanjutan dilaksanakan melalui penyelamatan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), 1.000 HPK adalah fase kehidupan, yang dimulai sejak terbentuknya janin pada saat kehamilan mencapai 270 hari, sampai dengan anak berusia dua tahun atau selama 730 hari.
BACA JUGA:
"Peningkatan pelayanan kesehatan gizi ibu dan anak, melalui penyelamatan 1.000 HPK sangat penting dilaksanakan, agar tidak terjadi masalah gizi kronis, pemberian nutrisi yang baik sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan buah hati selama 1.000 HPK," katanya.
Katanya, untuk melaksanakan Program tersebut akan dimanfaatkan anggaran Dana Alokasi Umum (DAU) kesehatan Sulbar sebesar Rp76 miliar.
Stunting di Sulbar, kata dia, yang angkanya masih mencapai 33,8 persen berdasarkan hasil Studi Status Gizi (SDGI), dengan prevalensi stunting tertinggi di Kabupaten Polman mencapai 36 persen, kemudian Kabupaten Majene mencapai 35,7 persen.