Bagikan:

YOGYAKARTA - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan suplai magma saat ini masih berlangsung, baik dari aktivitas vulkanik dalam maupun dangkal di Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kepala Badan Geologi Sugeng Mujiyanto mengatakan, kondisi itu dapat memicu terjadinya awan panas di daerah potensi bahaya.

"Awan panas dan guguran dapat terjadi sewaktu-waktu," ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Antara, Selasa, 21 Maret. 

Berdasarkan pemantauan visual dan termal pada 18 Maret 2023, kubah lava barat daya masih terlihat aktif yang ditunjukkan oleh suhu tinggi mencapai 230 derajat Celcius.

Bagian selatan kubah arah Kali Boyong juga tampak masih aktif.

Suhu kubah lava tengah kawah tidak jauh berbeda dengan bebatuan sekitarnya, namun ada titik panas di tepi timur kubah dengan suhu mencapai 114 derajat Celcius.

Sepanjang 2021 sampai 2023, karakteristik erupsi Gunung Merapi adalah tipe erupsi bersifat efusif yang didahului oleh erupsi-erupsi freatik, durasi erupsi yang panjang, adanya dua kubah lava, dan deformasi yang cukup besar.

Kejadian awan panas guguran saat ini masih sulit untuk diprediksi waktu kejadiannya, namun dapat diperkirakan potensi bahayanya.

Langkah untuk meminimalisasi kerugian dan menghindari korban akibat erupsi adalah dengan cara meningkatkan keakuratan dan kecepatan asesmen bahaya serta memastikan masyarakat dapat merespons peringatan dini dengan cepat dan tepat.

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan sampai barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Bebeng, Krasak sejauh maksimal tujuh kilometer.

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol sejauh lima kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.

Badan Geologi mengimbau masyarakat dan pemerintah agar mengantisipasi gangguan abu vulkanik. Abu vulkanik tidak membahayakan jiwa secara langsung, namun cukup berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Penduduk yang terkena hujan abu tidak serta merta harus mengungsi.

"Tidak terbatas pada daerah potensi bahaya saat ini, dusun-dusun di kawasan rawan bencana III termasuk di sektor barat-barat laut diimbau melakukan upaya penguatan kapasitas menghadapi bencana Gunung Merapi melalui persiapan sarana-prasarana, pelatihan kesiapsiagaan, dan simulasi-simulasi," pungkas Sugeng.