Keselamatan Perempuan Rentan di Media Sosial, Kominfo Gelar OOTD
Foto: Istimewa

Bagikan:

JAKARTA - Media digital saat ini menjadi salah satu sarana atau ruang bagi kalangan maupun gender untuk berkomunikasi hingga mengenal dunia lebih luas melalui sosial media. Seperti pedang bermata dua, di tengah luasnya jaringan internet, canggihnya perkembangan dan penyebaran teknologi informasi serta populernya penggunaan media sosial juga menghadirkan bentuk bentuk baru kekerasan berbasis gender online (KBGO).

Terdapat beberapa bentuk kekerasan berbasis gender online, seperti pendekatan untuk memperdaya atau cyber grooming, pelecehan online atau cyber harassment, peretasan atau hacking, konten illegal atau illegal content, pelanggaran privasi atau infringement of privacy, ancaman distribusi foto atau video pribadi atau malicious distribution, pencemaran nama baik online defamation, dan recruitment online.

Oleh sebab itu, dalam rangka menyambut hari perempuan internasional Direktorat Jenderal Aplikasi dan Informatika Kominfo bersama GNLD Siberkreasi mengadakan kegiatan Obral Obrol LiTerasi Digital (OOTD) dengan tema “Perempuan dan Media Sosial” pada Kamis, 9 Maret 2023.

OOTD kali ini dihadiri narasumber seperti Diena Haryana Founder SEJIWA & Dewan Pengarah Siberkreasi, Dara Ayu penyintas KBGO dan founder Gender.Talk, serta Prita Yulia Maharani Psikolog Klinis Riliv.

Perempuan lebih sering dan lebih rentan menjai korban kekerasan termasuk KBGO yang berbahaya bagi kesehatan mental dan psikologi korbannya. KBGO dapat menyebabkan depresi hingga kecemasan berlebih serta perubahan perilaku sehingga tidak bisa dilihat sebelah mata bagi banyak pihak.

Diena Haryana Founder SEJIWA & Dewan Pengarah Siberkreasi mengatakan sebagai perempuan harus bersikap terhadap perempuan yang menjadi korban dengan mendampingi melewati masa-masa sulit tersebut. Karena ketika perempuan mengalami kekerasan tersebut ada rasa marah, takut, kecewa, luka batin yang dalam,

"Jadi kita sebagai perempuan perlu membersamainya selama proses yang dia pilih baik perawatan konseling atau bantuan hukum," jelasnya.

Sebagai penyintas KBGO, Dara Ayu mengungkapkan jika banyak perempuan yang bahkan tidak sadar masuk dalam potensi ranah KBGO. Hal itu disebabkan oleh rasa nyaman misalnya ketika memiliki pasangan maka akan bertukar password media sosial atau smatphone kepada orang lain.

"Banyak sekali, kita tidak sadar foto yang dikirim dapat menjadi boomerang. Saran aku kalau berkirim foto atau video harus memperhatikan beberpa hal agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti mengirimkannya ke media lain dan ke orang lain dengan tujuan ancaman," cerita Dara.

Berdasarkan laporan Safenet, pada 2021 sebanyak 74 persen KBGO dialami oleh perempuan, sementara 8 persen dialami oleh laki-laki.

Prita Yulia Maharani Psikolog Klinis Riliv mengungkapkan banyak korban yang berawal dari dating apps, sosial media, dan lingkungan kampus dan kerja.

"Diawali dengan meminta “pap” dengan persetujuan kedua belah pihak secara sukarela lalu ketika memutuskan untuk mengakhiri hubungin, maka pap tersebut dapat dijadikan ancaman. Beberapa korban bahkan berujung melakukan kekerasan terhadap diri sendiri ketika sudah merasa depresi," jelas Prita.

Komnas Perempuan memiliki Layanan Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) di 129 yang memberikan 6 layanan utama bagi perempuan korban kekerasan dan anak yang memerlukan perlindungan khusus yaitu Layanan Pengaduan, Layanan Penjangkauan, Layanan Pengelolaan Kasus, Layanan Akses Penampungan Sementara, Layanan Mediasi Pendampingan Korban, dan Layanan Sehat Jiwa.

Untuk bisa terus mendapatkan informasi ter-up to date mengenai kegiatan Zoom Bareng dan kegiatan seru lainnya, dapat dilihat di info.literasidigital.id atau follow media sosial Literasi Digital Kominfo.